Yang Sudah Tersimpan di dalam Yang Belum

Yesaya 40:1-11

Belum ada komentar 99 Views

Apa yang membuat janji Allah sungguh dapat diharapkan? Berbeda dari janji manusia, janji Allah adalah janji dari Dia yang datang dari masa depan yang memasuki masa kini. Allah kita adalah Allah yang berjanji dari masa depan. Ia membukakan masa kini untuk memasuki masa depan yang telah dirancang-Nya. Yesaya 40 menunjukkan  hal ini. Perikop ini ditulis pada saat bangsa Israel masih berada di dalam pembuangan. Mereka belum mengalami pembebasan. Akan tetapi, ayat 2 menandaskan,  “tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni.” Yang sudah tersimpan di dalam yang belum. Mata telanjang manusia memang belum melihat berlangsungnya pembebasan itu, namun mata iman memampukan orang percaya untuk meyakini bahwa Allah sudah bertindak.

Secara indah, prinsip “yang-sudah-tersimpan-di-dalam-yang-belum” ini diungkapkan di dalam kidung berjudul Hymn of Promise yang kerap dinyanyikan pada masa Advent. Di bait pertama dikatakan, “Di dalam kuncup, ada sebuah bunga / di  dalam benih, adalah sebuah pohon apel ? di dalam kepompong, ada sebuah janji tersembunyi / kupu-kupu akan segera terbebas.” Indah sekali, bukan? Bahkan, seluruh baitnya berbicara tentang janji yang sama. Dan, setiap bait tersebut selalu ditutup dengan sebuah penegasan iman, “Tak disibakkan hingga masanya / Sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh Allah sendiri.”

Mata iman dengan demikian adalah memungkinkan kita melihat realitas dengan cara yang sama dengan Allah melihatnya. Pada titik ini, janji Allah mengikat  pengharapan dan iman menjadi satu. Dan tertinggallah satu sisi lain yang tak kalah penting, jika tidak malah paling penting, yaitu cintakasih (bdk. 1Kor. 13:13). Hanya orang-orang yang hidup dalam pengharapan dan imanlah yang mampu mengasihi di tengah situasi yang masih “belum” itu. Dan, saya percaya, itulah yang harus menjadi panggilan Adven di tengah pandemi ini—panggilan untuk terus mencinta. Mencinta sebagai ekspresi pengharapan; mencinta sebagai pewartaaan iman. Dan justru dengan mencinta, kita mengambil bagian ke dalam gerak Allah untuk menghadirkan ”yang sudah” ke dalam realitas “yang belum“ itu.

ja

#YangSudahTersimpandidalamYangBelum

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • Rendah Hati Untuk Belajar
    Mazmur 119:73-80
    Biarlah orang yang congkak dipermalukan, karena mereka dengan curang memperdaya aku tetapi aku akan merenungkan titah-titah-Mu. (Mazmur 119:78) Ada...
  • A Nursing mother
    Yesaya 66:10-14
    Ada masa dalam kehidupan kita ketika segalanya runtuh. Usaha tidak berhasil. Rencana gagal. Relasi dalam rumah tangga berantakan. Doa...
  • MERDEKA UNTUK BERBEDA
    Lukas 9:51-56; Galatia 5:1, 13-25
    Salah satu ekspresi dari hidup di dalam kemerdekaan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, sekalipun itu berarti berbeda dari...
  • MENJADI GEREJA YANG MENGAKU
    Roma 10:9-12
    Sebuah pengakuan, mesti diikuti tindakan yang sejalan dengan pengakuan tersebut. Sungguh aneh, jika kita mengaku Kristus adalah Tuhan tetapi...
  • MENGIMANI ALLAH TRINITAS
    Amsal 8:1-4, 22-31; Mz. 8; Roma 5:1-5; Yoh. 16:12-15
    Belajar dari pemazmur, aku mencoba untuk mengenal Allah. Ku lihat alarm semesta, Bintang, matahari dan bulan serta berbagai bunga...