Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (1Yoh. 3:14)
William Temple adalah teolog Anglikan dan uskup agung Canterbury yang sangat dihormati. Ia begitu peduli pada orang yang membutuhkan ataupun yang teraniaya. Teologi transformasionalnya memanggil kita bukan hanya menyembah Tuhan di dalam gereja saja, melainkan untuk bertindak di dalam dunia. Ia berkata, “Adalah suatu kesalahan untuk menganggap bahwa Allah hanya, atau bahkan yang terutama, peduli dengan agama.”
Teologinya memang mengacu pada inkarnasi Allah menjadi manusia, yang memperlihatkan bahwa Allah menyucikan seluruh kehidupan. Gereja terlibat di dalam dunia ini dan mendengar suara Allah yang berbicara melalui alam. Gereja bertanggung jawab untuk membuat dunia lebih adil, penuh damai, dan setara. Salah satu yang diperjuangkannya adalah bagaimana pendidikan itu bisa dinikmati oleh setiap orang dan bukan hanya mereka yang memiliki hak tertentu saja.
Tindakan nyata kita memang menjadi bukti yang sangat kuat terhadap identitas kita sebagai orang yang percaya kepada Kristus. Oleh karena itu, Surat Yohanes pun mengingatkan jemaat bahwa bila kita sudah berada di dalam Kristus, pada saat yang sama kita harus menunjukkannya dengan tindakan kasih kita terhadap sesama. Kasih kepada sesama adalah tanda yang paling kuat bahwa kita sudah berpindah dari kematian kepada kehidupan. Dengan mengasihi, kita berada di dalam terang dan tidak lagi tinggal dalam kegelapan. [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Kehidupan tanpa kasih adalah kematian, kehidupan yang tanpa Allah.
Ayat Pendukung: Mzm. 7; Amos 4:6-13; 1Yoh. 3:11-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.