Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16)
Setelah memberikan ceramah di Universitas Chicago, teolog Karl Barth mendapat pertanyaan dari seorang mahasiswa, apakah ia dapat merangkum seluruh karya teologinya dalam sebuah kalimat. Barth pun menjawab, “Ya, saya bisa. Dalam lirik suatu pujian yang saya pelajari saat saya bersimpuh di kaki ibu saya: ‘Yesus sayang padaku; Alkitab mengajarku.’”
Injil Yohanes mengatakan bahwa betapa besarnya kasih Allah terhadap dunia ini. “Dunia” berarti bukan bangsa atau ras atau suku tertentu. Bukan hanya sebagian orang saja yang Allah kasihi, melainkan dunia secara keseluruhan. Dunia yang di dalamnya terdapat orang baik dan orang tidak baik, orang yang mengasihi Allah dan orang yang tidak mengasihi-Nya, orang yang berhasil dan yang gagal, orang yang tinggi maupun rendah. Semuanya dikasihi oleh Allah tanpa terkecuali. Bahkan, begitu kasih-Nya Ia akan dunia ini, Ia rela memberikan anak- Nya sendiri bagi keselamatan dunia ini.
Berhadapan dengan kasih Allah yang sangat besar dan bersifat universal tersebut, kita pun diundang untuk memiliki kasih yang sama. Kasih yang siap berkorban bagi orang lain, termasuk bagi mereka yang tidak kita sukai dan yang mungkin menyakiti hati kita. Kasih yang tidak dibatasi oleh perbedaan apa pun, baik keyakinan, strata ekonomi, pendidikan, bangsa, dan sebagainya. Hal itu tentu tidak mudah. Namun, Allah yang penuh kasih itu tentunya akan memampukan kita untuk juga memberlakukan kasih yang sama. [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Allah sungguh mengasihi dunia ini. Bagaimana dengan kita?
Ayat Pendukung: Mzm. 82; Amos 2:12-3:8; Yoh. 3:16-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.