‘Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!’ (Filipi 4:4)
Surat Filipi dikenal sebagai ‘surat sukacita’. Ada banyak kata ‘sukacita’ tersebar di seluruh pasal-pasal surat ini. Juga ada nasihat untuk ‘bersukacita’ di pasal 2, 3 &4. Nada penulisan Paulus sebagai penulis surat ini berbeda dengan surat-surat yang lain, begitu ringan dan penuh sukacita. Pada lain sisi, surat Filipi ini juga dikenal sebagai ‘surat dari dalam penjara’. Artinya, Paulus menulis surat ini ketika ia tengah dipenjara (Filipi 1:13-14). Satu situasi yang secara manusiawi biasanya sulit untuk bisa bersukacita.
Dari sini kita bisa belajar, bahwa ‘sukacita’ itu sejatinya tidak bergantung dari situasi yang kita alami. Dalam kitab Mazmur kita sering menjumpai, bagaimana pemazmur itu bersukacita di tengah situasi sulit yang dialaminya. Mengapa bisa demikian?
1. Karena hidup yang kita jalani ini 30% adalah fakta atau situasi hidup yang kita jalani dan 70% adalah respons kita atas situasi atau fakta hidup yang kita jalani. Artinya, kita bisa saja mengalami situasi yang sulit, dipenjara seperti rasul Paulus, tetapi situasi itu hanya berkontribusi 30% dalam hidup kita. Yang 70% dan tentu amat memengaruhi hidup kita adalah respons kita atas situasi tersebut. Jika kita mengembangkan respons negatif, maka makin buruklah kondisi hidup kita. Namun jika kita mampu mengembangkan respons positif, maka kita akan tetap dapat bersukacita seperti rasul Paulus.
2. Tentu respons positif yang kita kembangkan ini tidak boleh berdasarkan pada landasan yang labil. Respons ini harus punya dasar yang kuat. Dan sebagai orang beriman, kita boleh bersyukur, karena kita mempunyai ‘dasar yang kuat’ untuk bisa tetap bersukacita di tengah kondisi dan situasi apapun, yaitu: Allah yang kita kenal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuhan yang begitu mengasihi kita dan selalu hadir untuk menyertai kita di tengah situasi apapun. Itulah sebabnya nasihat Rasul Paulus untuk ‘bersukacita senantiasa, dalam Tuhan’, artinya kita diminta untuk bersukacita dalam situasi dan kondisi apapun dengan Tuhan sebagai dasarnya. Pemazmur dengan tegas juga mengatakan bahwa Allah adalah ‘sukacitaku dan kegembiraanku’ (Mazmur 43:4).
Di sinilah tema kita: ‘Tuhan sumber sukacitaku’ menjadi menarik, khususnya ketika kita saat ini sedang menghadapi pandemi COVID-19 dengan segala dampak ikutannya. Ada banyak alasan yang membuat kita ‘tidak bersukacita’ di tengah situasi hidup yang tengah kita hadapi. Namun ingatlah, bahwa alasan-alasan itu hanya berkontribusi 30% buat hidup kita. Ada alasan lain yang bisa membuat kita ‘bersukacita’, yaitu dengan merespons semua yang kita alami ini ‘dalam Tuhan’. Dalam kebersandaran kita kepada Nya, dalam menghayati ‘kasih dan pemeliharaan’-Nya, dalam mengingat semua kebaikan-Nya, khususnya kasih yang Ia nyatakan di kayu salib. Itu semua berkontribusi 70% bagi hidup kita.
Mari Saudaraku, Tuhan adalah sumber sukacita kita. Janganlah berputus asa di tengah kesulitan, belajarlah hal-hal baru bersama Tuhan, dan nantikanlah ‘zaman baru’ ketika pandemi ini berakhir. Kita diajak untuk kembali mengimani bahwa ‘Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya’. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Tuhan memberkati kita semua!•
| PDT. EM. RUDIANTO DJAJAKARTIKA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.