TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya. (Mzm. 29:10)
Sebuah ilustrasi mengisahkan tentang seorang pemuda yang membangun rumah dan menyiapkan satu kamar yang istimewa, lalu mengundang Tuhan untuk tinggal dalam ruangan itu. Pikirnya, ia sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Malam harinya, tiba-tiba Iblis datang dan berusaha masuk ke rumahnya. Dengan susah payah, ia mengusir Iblis itu keluar. Kejadian itu terjadi selama 3 hari berturut-turut dan selama 3 hari itu juga Tuhan seolah-olah diam. Ia menjadi kecewa dan protes kepada Tuhan. Tuhan menjawab, “Engkau menyediakan kamar yang istimewa untuk-Ku dan hanya di tempat itulah Aku tinggal dan bersemayam, bukan di seluruh rumahmu.” Menyadari kesalahannya, ia pun membiarkan Tuhan bersemayam di seluruh rumahnya.
Dalam mazmur 29 ini, pemazmur kembali mengungkapkan kuasa dan keagungan Tuhan. Ia menyaksikan bahwa Tuhan berkuasa atas air bah yang pada dasarnya ditakuti oleh manusia. Bahkan, ia juga mengatakan bahwa Tuhan menjadi Raja untuk selama-lamanya; artinya, tidak ada batasan waktu.
Penyebutan Tuhan sebagai Raja juga sering kita ungkapkan dalam hidup kita. Namun, apakah betul Tuhan sudah menjadi Raja dalam seluruh kehidupan kita; Ia berkuasa dan mengatur segala sesuatu dalam hidup kita? Atau, seperti anak muda di atas, kita hanya menaruh Tuhan di salah satu bagian dari hidup kita? Kita menjadikan Tuhan sebagai Raja hanya saat kita beribadah, namun tidak dalam hidup sehari-hari. [Pdt. Engeline Chandra]
DOA:
Tuhan, tinggallah dalam hidup kami, berkuasalah atasnya dan jadilah Raja dalam keseluruhan hidup kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 29; Ayb. 38:39—39:12; 1Kor. 12:1-3
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.