Sewaktu saya mendoakan seorang bapak yang berulangtahun, saya mengatakan demikian, “Tuhan berkatilah dia sebagai kepala rumah tangga, agar…dan seterusnya”. Setelah berdoa beberapa teman protes, “Memang dia Kepala rumah tangga?”
Rupanya konsep pelajaran waktu saya SD masih melekat dalam benak saya, seperti: Ayah bekerja di kantor, ibu memasak di dapur. Ibu sebagai ibu rumah tangga dan ayah berperan sebagai kepala rumah tangga. Apakah salah konsep ini? Dalam konteks di beberapa tradisi dan budaya masyarakat, memang tidak dapat disalahkan. Tapi ternyata dalam konteks Alkitab khusus saat Paulus bicara tentang kesatuan tubuh Kristus, satu-satunya kepala adalah Kristus. Kristus yang adalah pemimpin gereja, Kristus pula yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga kita.
Sehingga bukan bapak atau suami yang terutama dan pendapatnyalah yang paling utama, melainkan Allah yang dapat juga memakai ayah (tetapi juga, Allah bisa memakai ibu) untuk berperan menolong anggota keluarga memahami pikiran, perasaan dan kepemimpinan Kristus.
Di satu sisi, prinsip Dependensi, mengacu pada ayat versi kolose, adalah cara kita, keluarga dan gereja sebagai anggota tubuh – jemaat Kristus, bergantung kepada Kristus sebagai kepalanya.
Di sisi lain, prinsip interdependensi, mengacu pada versi Korintus, mengingatkan kita bahwa kita semata hanya bergantung dan
berelasi dengan Kristus saja. Sebagai sesama anggota tubuh Kristus atau jemaat Kristus, termasuk kepala, mata, telinga, dll. kita semua
sesungguhnya saling bergantung. jika ayah sakit, ibu tentu ikut merasakan sakit. Jika seorang anggota jem aat melakukan kesalahan, kita juga sebagai s esama anggota jemaat turut menolong memperbaiki kesalahannya.
Jadi, jika seorang bapak berulangtahun saya kira saya akan memperjelas doa saya seperti ajaran Paulus, “Ya Bapa, biarlah bapak ini belajar memiliki pikiran dan perasaan Kristus agar ia dapat menolong sesama anggota keluarga dan anggota jemaatnya, hidup menjadikan-Mu sebagai Kepala dalam hidup mereka.”
Pertanyaannya:
- Dengan pertimbangan apa kita biasanya mengambil keputusan dalam keluarga?
- Bagaimana cara mengambil keputusan berdasarkan pikiran dan perasaan Kristus?
Riajos
1 Comment
YOHannisTAMmu
Juli 21, 2011 - 9:36 amTrims khotbahnya pak GBU