Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang-orang benar, supaya orang-orang benar tidak mengulurkan tangannya kepada kejahatan. (Mzm. 125:3)
Alkisah, ada seorang yang kelihatannya pandai, tetapi sebetulnya licik. Dengan tongkat ajaibnya, ia memanipulasi banyak orang. Suatu kali, rumah orang ini terendam banjir dan tongkatnya ikut terendam. Padahal, tongkat itu tidak boleh kena air. Saat hal itu terjadi, mata mereka yang dimanipulasi pun terbuka.
Orang licik adalah orang yang cerdik, tetapi cerdik memanipulasi. Tentu, manipulasi dilakukan bukan untuk tujuan yang baik. Orang yang manipulatif adalah orang yang membelokkan kebenaran untuk kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Alkitab menyebut orang seperti itu dengan istilah fasik. Orang fasik bisa berkuasa atas orang lain. Pemazmur menggambarkan kekuasaan orang fasik itu dengan istilah “tongkat kerajaan.” Akan tetapi, tongkat itu tidak bertahan lama. Tongkat itu akan dipatahkan Allah. Sebab, yang Allah inginkan adalah kebaikan, bukan kejahatan. Allah mau supaya orang hidup benar di atas tanah-Nya, tidak memanipulasi dan berlaku licik sehingga damai sejahtera bisa terwujud.
Setiap kita diingatkan bahwa kejahatan tidak akan bertahan di hadapan kekuasaan Allah. Meskipun disembunyikan dengan cara-cara yang lihai, tetapi orang jahat pasti akan jatuh juga. Tongkat kekuasaan yang diraih dengan cara manipulasi akan luntur sihirnya, seperti cerita di atas. Jadi, jangan menghalkan segala cara demi sebuah ambisi, apalagi mengorbankan orang lain demi kesenangan sendiri. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Meraih sesuatu dengan cara licik tak pernah bertahan lama. Hanya kebenaran yang akan tinggal tetap untuk selamanya.
Ayat Pendukung: Mzm. 125; Ams. 1:1-19; Rm. 2:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.