”Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” (2Raj. 5:12)

”Pak Wepe, saat saya dipindahkan ke daerah, saya pikir itulah akhir dari karier saya. Tamat. ‘Masuk kotak’. Namun, ternyata, beberapa tahun kemudian saya dipanggil untuk mengisi posisi kepemimpinan di kantor pusat. Para pemimpin sebelum saya telah ditangkap oleh polisi karena diduga melakukan korupsi. Saya takjub dengan apa yang Tuhan izinkan terjadi. Awalnya, saya merasa marah kepada Tuhan, tetapi sekarang saya sangat bersyukur,” demikian curahan hati seorang teman.

Pada awalnya, Naaman tak bisa memahami kehendak Tuhan bagi hidupnya. Ia adalah seorang pemimpin yang terkena kusta. Ia datang kepada nabi Elisa dan mengharapkan setidaknya sang nabi meletakkan tangan atasnya atau berdoa untuk kesembuhannya. Namun, perintah Tuhan lewat sang nabi jelas. Naaman diminta untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan. Sebuah permintaan yang sederhana, tetapi tidak sesuai harapan Naaman. Hatinya menjadi panas dan hendak pergi. Syukur pegawai-pegawainya memberikan masukan yang menenangkan hatinya. Naaman pun membenamkan dirinya tujuh kali di sungai Yordan dan menjadi tahir. Dari ketidakmengertian, Namaan kini mengakui kedahsyatan Tuhan.

Kita tidak selalu dapat mengerti apa yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita sehingga kita merasa putus asa dan ingin menyerah. Namun, yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Hiduplah dalam firman-Nya, maka kita akan melihat karya-Nya. [Pdt. Wahyu Pramudya]

DOA:
Ajarlah kami untuk hidup dalam kehendak-Mu, agar kami melihat karya-Mu.

Ayat Pendukung: Mzm. 56; 2Raj. 5:1-14; 1Kor. 14:13-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.