Maka kataku: “Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah.” Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. (Mzm. 77:11-12)
Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang berubah sifatnya? Mulanya rendah hati, berubah jadi angkuh. Tadinya ramah, berubah jadi judes. Manusia cenderung bisa berubah karena berbagai alasan, namun Allah Yang Mahatinggi tidak pernah berubah.
Perikop ini memberikan kesaksian bahwa kesetiaan Allah tidak pernah berubah oleh berbagai situasi. Manusialah yang sering berubah pandangannya tentang Allah. Hal ini pernah dialami oleh pemazmur. Pemazmur merasa hatinya tertikam karena ia mempunyai pandangan yang keliru tentang Tuhan. Ia mengira Yang Mahatinggi berubah, dan ini menyakiti hatinya. Namun, ia terus berdoa, mengingat, menyebut-nyebut, serta merenungkan perbuatan yang dikerjakan Tuhan pada awal sejarah Israel. Perenungan atas berkat dan kebaikan Allah ini memberikan terang baru baginya untuk kembali yakin bahwa Allah tidak berubah. Yang Mahatinggi tetap berkuasa dan penuh kasih setia.
Doa dan renungan telah membuka mata pemazmur. Teladan ini mau disampaikan kepada kita juga. Saat menghadapi tantangan iman, tekunlah berdoa, ingatlah dan renungkanlah semua kebaikan Tuhan di masa lalu. Sadarilah, bukan Tuhan yang berubah, namun pribadi kita yang sering berubah. Kita mau Tuhan bertindak menurut keinginan dan pikiran kita, sehingga kita tidak mampu mengenal-Nya dengan baik. Kasih dan kuasa-Nya tidak pernah berubah. Karena itu taruhlah kepercayaan kita hanya kepada Allah, bukan pada diri sendiri. [Pdt. Norita Yudiet Tompah]
REFLEKSI:
Berdoa, merenung, serta mengingat karya dan perbuatan Allah di masa lalu akan membuat kita semakin mengenal Dia dengan baik.
Ayat Pendukung: Mzm. 77; Yos. 3:1-17; Ibr. 11:23-29
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.