Nyanyian pujian Maria ini amat terkenal dan menjadi sumber inspirasi dari banyak karya seni religius. Ia biasa disebut the Magnificat, merujuk pada kalimat pertama dalam Lukas 1 ayat 46: “Jiwaku memuliakan Tuhan…”
Nyanyian pujian pada hakikatnya adalah ungkapan syukur atas sesuatu yang menyukacitakan. Pada Maria ia adalah pujian kepada Tuhan ini adalah syukurnya karena ia telah dipilih-Nya untuk melayani-Nya, walau ia rendah dan tak berharga. Dan bila kita simak kisahnya, pujian ini dinaikkan dengan latar-belakang pergumulan yang sama sekali tidak sederhana.
Maria menyambut pesan Tuhan melalui malaikat Gabriel (Luk. 1:38) dengan polos: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu…” Padahal konsekuensinya bagi Maria yang masih muda itu sangatlah berat. Ia dapat dianggap berkhianat bahkan berzinah oleh Yusuf. Ada ancaman pengadilan oleh Mahkamah Agama. Anak yang dilahirkan akan menjadi anak haram. Dan semuanya itu akan mempermalukan segenap keluarganya maupun keluarga Yusuf.
Namun Maria bersedia menanggungnya. Karena ia percaya. Percaya yang didasarkannya di atas harapannya yang kokoh kepada Tuhan. Bila kita simak kata-kata dari pujian Maria, maka nyata bahwa harapan itu tidak cuma menyangkut dirinya sendiri tetapi mencakupi segenap bangsa bahkan dunia. The Magnificat adalah nyanyian harapan keselamatan dalam Tuhan.
Kiranya Natal kita tahun ini juga adalah the Magnificat kita masing-masing…
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.