“Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya … Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN …. (Yer. 29:5-7)

Seorang pasien terbaring lemah di ranjang perawatan di Rumah Sakit. Semangat hidupnya yang patah membuat sakitnya tampak jauh lebih parah daripada kondisi yang sesungguhnya. Dunianya runtuh. Ia merasa tidak ada lagi hal baik yang dapat diupayakan dalam hidupnya. Dalam kondisi ini, menurutnya, yang dapat dilakukan hanyalah menunggu keajaiban atau kematian.

Pada waktu bangsa Israel bersama dengan raja dan seisi istananya, diangkut sebagai tawanan ke Babel, tentulah mereka juga merasa dunia mereka runtuh. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan. Mereka hanya diam menunggu, tidak lagi mengurus dan menata hidup mereka di tempat di mana mereka dibuang sebagai tawanan. Mereka enggan melakukan apa pun, hanya menunggu kapan saatnya tiba, ketika Tuhan akan kembali mengasihani mereka dan secara ajaib membawa mereka kembali ke tanah yang Tuhan berikan pada mereka. Atau menunggu kapan saatnya kematian datang menjemput mereka.

Ketika Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi dalam hidup kita, ada rancangan damai sejahtera yang sedang disiapkan- Nya bagi kita. Maka terlalu picik jika kita berpikir bahwa Tuhan hanya mau kita menunggu. Bagaimanapun kondisi kita, Ia mau kita tetap bekerja, mengerjakan dengan baik dan setia bagian yang dipercayakan kepada kita. Selama Tuhan masih mengaruniakan hidup, ada pekerjaan yang Ia mau kita lakukan. Kerjakanlah dengan setia dan lihat bagaimana Ia berkarya! [Pdt. Lie Nah]

DOA:
Tuhan, ketika kesusahan hadir dalam hidup kami, tolonglah kami untuk tetap setia melakukan kehendak-Mu. Amin

Ayat Pendukung: Mzm. 35:1-10; Yer. 29:1-14; Mrk. 5:1-20
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.