Pada waktu masalah atau tekanan datang dalam kehidupan bagaimana kita berespon? Banyak hal dalam hidup membawa kita pada pilihan untuk kecewa, mengeluh, marah atau bersyukur untuk tetap berada dalam rencana Tuhan?
Kejadian 45 : 3-8 mengajak kita untuk mempelajari karakter Yusuf saat berhadapan dengan saudara-saudaranya yang telah melukai perasaannya dengan menjerumuskannya ke dalam pengalam hidup yang tidak menyenangkan. Dalam situasi tersebut Yusuf tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh situasi dan keadaan tetapi Yusuf memiliki nilai-nilai resiliensi (daya lenting) dengan melibatkan Tuhan dalam setiap persoalan hidup, agar tetap berada dalam rencana Tuhan.
Yusuf tidak menyerah di tengah penderitaan melainkan Yusuf terus berkarya beserta Tuhan. Daya Lenting yang dimiliki Yusuf di sebutkan dalam ayat 5, 7, 8. Sebanyak 3 kali Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya yang serba salah, kebingungan bahkan sedang ketakutan bahwa Allah yang menyuruh Yusuf ke Mesir untuk memelihara kehidupan. Kata-kata Yusuf yang diucapkan berulang-ulang merupakan sebuah rekonsiliasi yang menyejukkan. Tuhan berkarya dalam kehidupan dan memakai Yusuf bukan saja menyediakan makanan di tengah masa yang sulit tetapi memberi pengampunan dalam kehidupan yang gersang. Sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Allah Yusuf terus berkarya dan tidak terjebak dalam situasi, Yusuf memiliki daya pulih dalam kehidupan, antara lain :
1. Yusuf sangat menghormati Allah.
Yusuf mengakui Allah bekerja di dalam situasi dan kondisi yang buruk. Yusuf melihat Allah bekerja dalam dalam iri hati dan kekejaman hati kakak-kakaknya untuk mendatangkan sesuatu kebaikan.
2. Yusuf memiliki pikiran yang positif
Yusuf menyadari bahwa Allah bekerja melalui Yusuf untuk memelihara umat perjanjian Allah. Yusuf tidak mengkambinghitamkan saudara-saudaranya atas kesulitan yang dia alami. Sebaliknya Yusuf malah berefleksi bahwa Allah memiliki rencana yang baik meskipun melewati penderitaan.
Lewat kisah Yusuf, kita juga diajak untuk memiliki daya lenting dalam menghadapi tantangan agar kita tidak berhenti atau sekedar bertahan melainkan kita terus berkarya karena Tuhan sudah terlebih dahulu berkarya dalam kehidupan kita.
(LS).
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.