“Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan- Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.” (Bil. 20:12)
Seorang pendaki gunung yang hebat sekalipun, jika tidak berhati-hati menapaki medan yang sulit, bisa tergelincir dan bisa jatuh. Hal itu bisa berakibat fatal. Bisa cidera atau bisa kehilangan nyawa. Karena itu, ia tidak boleh ceroboh.
Musa pernah tergelincir karena kecerobohannya. Musa adalah pemimpin yang baik. Ia berhati lembut. Sayangnya, ia tergelincir jatuh dalam pelanggaran fatal karena kemarahannya kepada bangsa Israel yang tidak berhenti mengeluh saat kekurangan air. Tekanan dan sungut-sungut bangsa Israel menjadikan Musa emosi dan tidak sabar menghadapi mereka. Ia marah sehingga mengeluarkan perkataan tidak berkenan kepada Allah di hadapan bangsa Israel. Situasi sulit telah membuat Musa kehilangan kendali atas emosinya. Ia menjadi lupa dan tidak percaya bahwa Allah sanggup menolong mereka seperti hari-hari sebelumnya. Ia tidak menghormati kekudusan Allah di depan mata orang Israel. Akibatnya, ia tidak dapat masuk ke negeri yang dijanjikan Allah.
Kita mungkin sering berhadapan dengan situasi yang sulit: tantangan, persoalan, tekanan, dan berbagai pergumulan. Renungan hari ini mengingatkan bahwa dalam menghadapi tekanan yang sulit sekalipun, jangan sampai kita tergelincir dalam dosa. Jaga kata-kata kita saat marah. Jangan biarkan emosi menguasai kita, apalagi menyalahkan Tuhan. Hormati kekudusan Tuhan dan percaya pada kemahakuasaan-Nya. Jangan pernah ragu akan pertolongan- Nya. Allah yang menolong di masa lalu, pasti menolong hari ini, dan seterusnya. [Pdt. Norita Yudiet Tompah]
REFLEKSI:
Dalam situasi sulit atau tekanan apa pun, percayalah akan pertolongan Allah, hormati kekudusan-Nya agar kita tidak tergelincir dalam dosa.
Ayat Pendukung: Mzm. 78:1-4, 12-16; Bil. 20:1-13; Kis. 13:32-41
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.