“Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar.” (Yoh. 3:33)
Matius, Markus dan Lukas disebut sebagai Injil-injil Sinoptik. Artinya, Injil yang kisah ceritanya hampir sama, hanya saja dialamatkan pada komunitas yang berbeda. Perbedaan lain kita temukan dalam urutan kisah cerita. Sudut pandang ketiga Injil ini dikategorikan sebagai ‘teologi dari bawah,’ di mana kisah-kisahnya menekankan kemanusiaan Yesus Kristus yang lahir sebagai Anak Manusia. Sedangkan, Injil Yohanes dituliskan dengan pemahaman ‘teologi dari atas.’ Maksudnya, penulisan Injil Yohanes menekankan pada keilahian Yesus Kristus yang adalah Firman yang menjadi manusia. Gaya bahasa dan penguraian Injil Yohanes berbeda dengan Injil-injil lainnya. Tentu saja bukan karena bertentangan, melainkan saling mengisi untuk membuat kita mengenal Kristus lebih utuh.
Penulis Injil Yohanes menceritakan bahwa Yohanes Pembaptis mengaku dirinya bukan Mesias (Yoh. 3:28), melainkan membuat persiapan untuk kedatangan Mesias itu. Mesias berasal dari ‘atas’ sehingga dapat memberikan kesaksian tentang Allah yang ‘di atas.’ Kehadiran Mesias, Yesus Kristus lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Yohanes mengingatkan ketaatan kepada Dia yang datang dari Atas.
Injil dituliskan dengan keunikannya tersendiri dan semuanya untuk membuat kita mengenal Allah dalam Yesus Kristus. Karenanya, kita harus terus mendalami Injil agar pengenalan kita utuh dan semakin sempurna. (Pdt. Novita Sutanto)
DOA:
Tuhan, biarlah kami memahami Injil-Mu sehingga dapat mengenal-Mu dengan lebih utuh dan sempurna. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 80:2-8, 18-20; 2Sam. 7:23-29; Yoh. 3:31-36
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.