Kata Petrus kepada-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.” (Mrk. 14:29)
Jumlah peserta yang mendaftar di awal katekisasi, berkurang ketika kelas berakhir dan sidi atau baptis dewasa dilakukan. Di awal kelas, biasanya para peserta akan begitu semangat dan bertekad untuk belajar. Namun, seiring dengan kelas yang berjalan, ada saja peserta yang mengundurkan diri atau tak menyelesaikan pelajaran. Semangat yang ada di awal ternyata tak bertahan sampai akhir.
Petrus berkata bahwa imannya tidak akan terguncang. Bahkan, setelah Tuhan Yesus berkata bahwa Petrus akan menyangkal, Petrus menampik hal itu. Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (ay. 31). Itu tekad Petrus. Tekad yang kemudian tak dapat dipegang teguh, karena iman Petrus terguncang dan ia pun menyangkal Sang Guru.
Tak mudah untuk menjaga iman tak terguncang. Tekad di awal, belum tentu dapat dipertahankan sampai akhir. Lalu, apakah jika demikian tak perlu bertekad? Tak perlu memiliki janji iman? Tentu tidak demikian. Tekad di awal tetap diperlukan, untuk menjadi pendorong. Serta, tekad itu akan menjadi pengingat sampai akhir. Pun, jika dalam hidup ini ternyata iman kita terguncang, Tuhan itu penuh belas kasih. Ia akan menolong kita keluar dari guncangan, memulihkan tekad kita; seperti Petrus yang pada akhirnya dipulihkan Tuhan dan dijadikan sebagai pendiri jemaat mula-mula. [Pdt. Novita Sutanto]
DOA:
Tuhan, berkatilah setiap peserta katekisasi di semua gereja. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 95; Mi. 7:8-20; Mrk. 14:26-31
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.