Taat acapkali diasosiasikan dengan kepatuhan seperti kerbau dicocok hidung. Ketaatan acapkali disalah mengerti dengan ketertundukan yang pasif dalam keadaan yang tak berdaya. Benarkah demikian?
Taat dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ‘syama‘ yang berarti mendengarkan. Ketaatan berangkat dari pengetahuan yang didapat (salah satunya dari mendengarkan melalui indera pendengaran) dan setelah itu diolah dalam pikiran dan batin untuk kemudian menentukan pilihan sikap kehidupan. Di dalamnya terdapat pemahaman akan sesuatu yang didengar dan diketahui. Jadi ketaatan itu adalah upaya yang dipikirkan dan disadari untuk dikerjakan, bukan asal ikut.
Penentuan pilihan itu diolah dengan banyak alasan. Siapa yang berbicara? Apa manfaatnya taat? Apa resikonya? Mengapa aku harus taat? Pertimbangan berdasarkan pertanyaan di atas juga menentukan ketaatan. Kita bisa taat pada Allah karena Ialah Sang Kasih dan Sang Pemilik kehidupan. Ia tidak akan menjerumuskan kita. Ia akan membawa kita dalam ketenangan hidup. Bisa juga kita memilih taat karena kita mengasihi Allah. Mengapa Anda taat? (BA)
1 Comment
Jojo Folabessy
Maret 12, 2023 - 5:54 amMohon di dasari firman Tuhan ya pak setiap khotba yg bapak tulis….Tuhan Yesus memberkati