Jika kita perhatikan tema kita, ada dua kata yang sebenarnya menarik untuk dibahas. Kata “terbaik” dalam tema “Sudahkah yang terbaik kuberikan” tetapi juga kata “cukup” dalam Doa yang diajarkan Tuhan Yesus, “Berikanlah kepada kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Apakah berarti prinsip “terbaik” bertentangan dengan prinsip “cukup”?
Sebagai orangtua, saudara tentu sangat memahami kedua arti kata tersebut. Banyak orangtua menuntut anak-anaknya untuk mendapatkan nilai terbaik. Tidak heran jika seorang anak berusia 5 tahun saja sudah mengikuti 3-4 jenis les. Mulai dari les musik, les matematika, les berenang, les menggambar dan sebagainya dan pulang hampir sama waktunya dengan jam pulang ayahnya. Apakah semakin banyaknya les menunjukkan bahwa kita telah memberikan yang terbaik bagi anak kita dan anak kita pasti dapat memberikan hasil yang terbaik, ketimbang tidak mengikuti les ini dan itu? Dan apakah dengan demikian, kita dan anak-anak kita telah memberikan yang terbaik untuk Tuhan?
Tentu saja kata “terbaik” tidak identik dengan kata “terbanyak”. Jika saya memberikan waktu saya untuk melayani Tuhan di gereja, saya tidak dapat menilai bahwa saya telah memberikan yang terbaik karena telah mengikuti berbagai kegiatan gereja 10-12 jam sehari, dibandingkan dengan seorang Kristen yang mengikuti kegiatan gereja 3-4 jam dalam seminggu.
Lalu, bagaimana mengetahui bahwa kita telah memberi yang terbaik, khususnya bagi Tuhan? Dalam Lukas 10:42, Yesus rupanya menyebut kata “terbaik” saat Ia bertemu dengan Maria dan Marta dalam versi terjemahan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Ia katakan, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Namun, dalam terjemahan lain kata “terbaik” rupanya diterjemahkan dengan kata “lebih baik”, “Mary has chosen the better part, and it is not going to be taken away from her.”
Menarik sekali memerhatikan, apa yang dimaksud oleh Yesus dengan kata “terbaik” atau “lebih baik”. Apa maksud Yesus?
Pertama, “Terbaik” merupakan sebuah pilihan. Maria setidaknya telah memilih di antara dua pilihan. Pilihan seperti apa yang dimiliki oleh Maria dan Marta? Seringkali orang mengatakan bahwa Maria dan Marta hanya memiliki dua pilihan, memilih untuk duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan Yesus, atau memilih untuk melayani Tuhan. Pilihan itu tidak salah, bahkan memang menjadi pilihan kita juga sebagai orang percaya. Mana yang saudara pilih jika waktu kita sangat terbatas? Duduk beribadah atau melayani Tuhan sebagai pelayan ibadah? Buat saya sebagai pendeta tentu tidak ada pilihan, selain melayani Tuhan di hari Minggu.
Pertanyaannya, adakah pilihan bagi saya untuk duduk diam di kaki Tuhan di hari Minggu? Tentu saja ada. Saya dapat memilih untuk melayani Tuhan saja di hari Minggu lalu beristirahat di waktu sisanya, atau mengambil kesempatan untuk duduk dekat kaki Tuhan mendengarkan firman Tuhan di antara 24 jam yang saya miliki. Pertanyaannya, bagaimana dengan anda? Adakah waktu yang anda khususkan untuk melayani Tuhan serta duduk “di kaki Tuhan”, di samping menikmati libur bersama keluarga di hari Sabtu dan Minggu? Atau adakah waktu di hari lain untuk duduk mendengarkan suara Tuhan, sebelum sepanjang hari anda disibukkan dengan berbagai hal?
Kedua, “Terbaik” berarti tidak kuatir dan tidak menyusahkan diri (baca: kebebanan atau merasa susah sendiri). Pelayanan bukanlah sebuah pilihan, melainkan bagian dari paket mengikut Yesus. Kita tidak sedang digiring untuk memilih antara duduk diam mendengarkan Tuhan atau melayani Tuhan saja. Tetapi pilihannya adalah melayani Tuhan dengan sungut-sungut atau melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh? Marta rupanya bersungut-sungut saat melayani Tuhan karena ia membandingkan kerepotan dirinya dengan Maria yang diam-diam saja. Saya kira, tidak sedikit orang yang melayani Tuhan dengan sungut-sungut. Kita akan jatuh pada sungut-sungut dalam pelayanan, jika kita selalu berusaha membandingkan diri kita lebih baik daripada orang lain. Atau jika kita menuntut orang lain lebih baik sesuai penilaian kita. Saya kira, hanya Tuhan yang berhak menilai apakah seseorang telah memberikan yang terbaik atau tidak. Kita bukanlah penonton, apalagi hakim bagi orang lain. Pelayanan kita sendirilah yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Dan alat ukurnya, apakah kita bersungut-sungut atau menggerutu, saat orang lain tampak kurang mendukung kita, saat orang lain tidak sepaham dengan kita, atau saat kita merasa lebih susah dibandingkan orang lain.
Pertanyaannya, apakah sekarang kita sedang bersungguh-sungguh atau bersungut-sungut?
Ketiga, “Terbaik” berarti peduli terhadap apa yang Allah pedulikan. Kita dapat saja sibuk dalam pelayanan kita, keluarga kita atau hidup kita. Namun jika itu dilakukan berlandaskan kepedulian kita terhadap diri sendiri, kita tidak akan dapat memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Termasuk saat kita sudah merasa sibuk di gereja, jika hal itu membuat kita kebal akan pesan Tuhan bagi kita, kita belum memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Apalagi jika kita hanya sibuk untuk diri kita sendiri, keluarga kita sendiri, karier kita sendiri dan tempat kerja kita sendiri. Seorang Kristen telah memberikan yang terbaik bagi Tuhan, jika ia selalu menyempatkan diri bertanya kepada Tuhan, “Apakah yang Tuhan kehendaki melalui aku?” Itu berarti menempatkan kepedulian Allah sebagai arah kepedulian kita. Itu berarti, menjelajah untuk memahami hati Tuhan agar hati-Nya menggerakkan tangan dan kaki kita.
Saya menduga, jika Marta tidak bersungut-sungut dalam melayani Tuhan, bahkan Ia menikmati kesibukannya sambil mendengarkan pesan Yesus kepada mereka berdua, Yesus tidak akan menegur Marta. Sama seperti seorang penatua yang bertugas di hari Minggu tetapi juga menyediakan hati untuk mendengarkan pesan Tuhan dalam ibadah itu, atau seperti pendeta yang berkhotbah dan mendengarkan pesan Tuhan melalui khotbahnya; atau juga seperti anda yang sibuk sms atau berkhayal saat pendeta berkhotbah. Hmm saya kira pilihan yang terakhir tadi, tidak masuk dalam kategori “Terbaik”. Sebab kalau Maria seperti itu, tentu Tuhan Yesus juga akan menegurnya, bukan? Pertanyaannya, sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Tuhan?
Tenang… hanya Tuhan yang tahu. Selamat memberikan yang “Terbaik” untuk Tuhan!
Pdt. Riani Josaphine
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.