Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. (Mazmur 29:3)
Indonesia dikenal sebagai negeri yang sering mengalami bencana alam, misalnya banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gempa, gunung meletus, dan tsunami. Di tengah bencana alam yang datang silih berganti, kita dapat melihat betapa dahsyatnya kekuatan alam. Saat tsunami melanda Aceh, sungguh luar biasa kekuatan air yang memporakporandakan semua yang diterjangnya. Kita pun menjadi takjub akan kekuatan alam, sekaligus merasa tak berdaya.
Para ahli menafsirkan bahwa Daud menuliskan Mazmur 29 pada saat terjadi badai besar yang disertai guntur, kilat, dan hujan. Daud menganggap setiap gemuruh guntur adalah panggilan baginya untuk memuliakan TUHAN, Allah Yang Mahabesar. Suara gemuruh topan badai bagi Daud bagaikan suara TUHAN yang menyapanya. Karena itu sudah selayaknyalah manusia di bumi sujud menyembah TUHAN yang kudus. Kuasa dan kekuatan Allah di balik kedahsyatan alam harus diakui dan dipuji oleh segenap makhluk.
Orang Kristen masa kini banyak mengeluh tentang sulitnya mendengarkan suara Tuhan. Rutinitas kehidupan kita membuat telinga kita bising oleh berbagai suara di sekitar kita dan mengabaikan suara Tuhan yang mau menyapa kita. Sesungguhnya Allah dapat berbicara melalui kedahsyatan alam semesta yang menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya. Karena itu sebagai makhluk ciptaan-Nya kita perlu sujud menyembah Dia dan mempermuliakan nama-Nya yang agung melalui perkataan dan perbuatan kita yang berkenan kepada-Nya. [Pdt. Melani Ajub Egne]
REFLEKSI:
Tuhan mau berbicara kepada kita melalui segala kedahsyatan alam semesta, karena itu dengarkanlah suara-Nya dan sembahlah Dia.
Ayat Pendukung: Pkh. 1:1-15; Mzm. 29; 1 Kor. 2:11-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.