“Engkau melihat sengsara nenek moyang kami di Mesir dan mendengar teriakan mereka di tepi Laut Teberau.” (Neh. 9:9)
Suatu ketika saya mengupas sebuah salak. Sesudah dikupas, isinya menarik perhatian saya. Biasanya buah salah berisi tiga, paling banyak empat. Kali ini sangat mencolok mata. Isinya delapan, walau kecil-kecil. Sungguh spektakuler. Sang Pencipta sungguh luar biasa. Peristiwa yang menarik perhatian dan mencolok mata memang mudah tersimpan dalam memori kita.
Nabi Nehemia dan umat Israel memiliki ingatan kuat akan kejadian spektakuler pada masa lalu. Tuhan telah melakukan kebaikan serta menyelamatkan nenek moyang mereka, meskipun umat-Nya sering tidak taat dan melanggar perintah Tuhan. Hal ini menyadarkan Nehemia dan umat Israel datang mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Dalam doa itu, mereka mengingat dan merenungkan kebaikan Tuhan serta mukjizat yang pernah dilakukan-Nya. Tuhan telah melihat sengsara nenek moyang mereka dan mendengar teriakan mereka. Tuhan menghilangkan lapar dengan memberi makanan. Tuhan melepaskan dahaga dengan memberi air. Perbuatan-Nya sungguh spektakuler.
Karya Tuhan nyata sampai saat ini. Namun, kita kadang tidak mampu melihat karya Tuhan yang spektakuler karena dibelenggu dosa dan kesalahan. Sadar atau tidak, kita sering melanggar perintah-Nya. Sepantasnya kita mengakui dosa serta kesalahan, sambil mengingat dan merenungkan semua kebaikan Tuhan. Sepatutnya kita mengakui segala kegagalan kita agar kasih karunia-Nya menyertai kita selama-lamanya. [Pdt. Norita Yudiet Tompah]
REFLEKSI:
Pengakuan dosa dapat menjadi sebuah jembatan untuk mengingat dan merenungkan semua karya Tuhan yang spektakuler dalam hidup kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 77; Neh. 9:9-15; Rm. 14:13-15:2
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.