Dalam salah satu doa harian Celtic tertulis sebuah tanya-jawab yang menarik.
Tanya : Apakah satu-satunya buatan manusia yang akan terus ada di surga?
Jawab : Luka-luka di tangan, kaki dan lambung Kristus.
Tanpa rasa malu Yesus menunjukkan luka-luka itu sebagai bukti kebangkitan-Nya. Tubuh kebangkitan Kristus tidak serta-merta menjadi sebuah tubuh mulus tanpa membawa serta kenangan dan pengalaman teraniaya sebelum Ia mati. Sebaliknya, ketidaksempurnaan dirangkul oleh kesempurnaan; kemanusiaan dihisabkan ke dalam keilahian; kesementaraan digandeng oleh kekekalan.
Bekas luka itu dipertahankan di dalam tubuh Sang Raja demi mengatakan kepada kita bahwa luka-luka dan cacat yang kita tanggung tak perlu ditutupi dan dihindari. Kita tak pernah menjadi sempurna, namun kesempurnaan itu yang bakal menjemput kita dan memakai ketidaksempurnaan kita untuk bertutur tentang kesempurnaan ilahi itu.
Dalam kata-kata Henri J. Nouwen, luka-luka Yesus menjadi sumber kehidupan kita. Maka, izinkanlah pula luka-luka kita menjadi bagian dari penyembuhan yang Kristus kerjakan bagi sesama kita.
Hari ini adalah minggu terakhir dari siklus Tahun B pembacaan leksionari kita, akhir tahun liturgis kita. Selamat menutup tahun ini dan minggu depan kita memasuki tahun liturgis yang baru, yang diawali dengan minggu Adventus yang pertama. Tradisi Kristen selalu menutup tahun liturgisnya dengan “Minggu Kristus Raja,” sebagai sebuah kesaksian bahwa seluruh gumul-juang sepanjang tahun ditutup dengan sebuah guratan iman, namun juga harap, bahwa Kristus menjadi Raja atas seluruh semesta … seorang Raja dengan bekas luka-luka.
ja
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.