Bicara tentang saat terakhir dari kehidupan ini selalu menggugah rasa ingin tahu kita. Kapan itu terjadi (seperti pertanyaan para murid di Injil Markus), bagaimana hal itu terjadi, dstnya. Saat terakhir selain menggugah rasa ingin tahu, juga lebih banyak menciptakan kengerian. Jika kita membaca peristiwa yang tertulis di Markus bukanlah peristiwa yang tidak pernah terjadi dalam hidup kita. Bencana alam, permusuhan bahkan antar saudara, peperangan antar bangsa, dan kelaparan silih berganti kita alami. Situasi pandemi yang kita alami pun sering kali dilihat sebagai tanda dari saat terakhir.
Berakhirnya segala sesuatu dalam kehidupan ini adalah sebuah kepastian sebab tidak ada kekekalan dalam diri ciptaan. Seluruh ciptaan memiliki keterbatasan dan terbatas pula dalam hal waktu. Namun kapan itu terjadi tidak ada seorang pun tahu. Kerahasiaan itu telah dinyatakan bagi kita. Bicara soal saat terakhir bukan soal kapan dan bagaimana namun justru menarik kita untuk menghargai masa kini dan memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh.
Markus menuliskan waspada pada ketersesatan, artinya dalam waktu yang ada jangan sampai kita dibelokkan dari tujuan hidup kita yaitu kepada Kristus. Segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, seharusnya membuat kita memaknai arti hidup di dalam Injil. Mazmur 16:4 dituliskan, “Bertambah besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain…” dan sebaliknya Mazmur menegaskan pemeliharaan Allah dalam hidup orang percaya.
Bicara saat akhir artinya membicarakan bagaimana saya hidup di masa kini. Apakah menjauhkan diri dari persekutuan seperti yang ditulis di Ibrani atau memelihara relasi dalam cinta Allah yang menyelamatakan dan menjaga. Semoga pengharapan akan saat akhir membuat kita semakin bertanggungjawab atas hidup di masa kini.
dva
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.