“… ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Mat. 25:36)
Pada suatu musim dingin, ketika seorang prajurit bernama Martin of Tours memasuki sebuah kota, seorang pengemis yang berpakaian compang-camping meminta sedekah kepadanya. Martin sendiri tidak mempunyai uang. Namun, pengemis itu kedinginan dan tubuhnya membiru. Martin pun melepaskan jubah militernya dan memotongnya menjadi dua bagian. Ia memberikan setengahnya kepada sang pengemis. Martin of Tours kemudian menjadi seorang imam dan bahkan menjadi salah satu orang suci yang sangat terkenal di Prancis.
Dalam satu versi kisah Martin of Tours ini, pada malam hari setelah ia memberikan jubahnya, ia bermimpi. Ia melihat surga dan semua malaikat serta Yesus di tengah-tengah mereka. Yesus tampak mengenakan setengah jubah prajurit yang usang. Seorang malaikat bertanya kepada-Nya, “Tuhan, mengapa Tuhan mengenakan jubah yang seperti itu? Siapa yang memberikannya?” Yesus menjawab lembut, “Pelayanku Martin yang memberikannya kepada-Ku.”
Di Injil Matius, Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa Ia akan menghakimi kita berdasarkan respons kita terhadap kebutuhan sesama manusia. Maukah kita memberikan pertolongan bagi orang yang membutuhkan? Sebuah pertolongan yang lahir dari hati kita yang mengasihi. Hal itu diharapkan bersifat spontan atau tanpa setingan apa pun sehingga kita sendiri bahkan tidak menyadarinya. Martin of Tours telah melakukannya. Giliran kita sekarang. [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Merespons kebutuhan sesama bisa kita lakukan dari hal-hal yang sederhana, seperti makanan, minuman, ataupun pakaian.
Ayat Pendukung: Mzm. 7; Amos 5:1-9; Mat. 25:31-46
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.