“Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!” (Mazmur 84:6)
Pada abad ke-15, di sebuah desa kecil di Jerman, hiduplah sebuah keluarga besar dengan 18 anak. Dua orang di antara mereka menyadari kelemahan finansial orangtua mereka, sehingga mereka berhasrat mengangkat harkat keluarga mereka. Dua kakak beradik itu sepakat untuk bergantian melanjutkan studi, dengan catatan bahwa yang lain akan bekerja demi biaya studi dan membantu kehidupan keluarga besar mereka. Maka seorang di antara mereka pun mengikuti kuliah di bidang seni di kota, sedangkan yang lain pergi bekerja di sebuah pertambangan yang berbahaya. Setelah empat tahun berselang, suatu malam keluarga besar itu mengadakan syukuran, sebab yang bernama Albrech Durer—yang menuntut ilmu di bidang kesenian itu—sudah berhasil menyelesaikan studinya dengan baik. Dalam pidato singkatnya, ia berterima kasih kepada Albert, saudaranya yang sudah berkorban dengan bekerja keras untuk membiayai studinya. Karena Albert juga berbakat, maka seperti janji mereka berdua, kini tiba giliran bagi Albert untuk juga menempuh studi selama empat tahun. Namun dengan tegas ia menolak tawaran saudaranya itu. Ketika didesak terus apa alasan penolakannya, Albert hanya menunjukkan kedua tangannya. Beberapa tulang jarinya pernah remuk. Ia menderita radang sendi atau artritis yang sangat berat. Kondisi tangannya sudah sangat lemah, sehingga bahkan tidak mampu untuk membuat coretan-coretan pada kanvas dengan kuasnya. Itulah sebabnya kemudian, sang pelukis tenar yang bernama Albrech Durer, mempersembahkan karya lukisnya yang sangat bagus untuk menghormati Albert, saudara kandungnya yang sudah berkorban itu. Sepasang tangan luar biasa sedang berdoa dengan jari-jari yang bengkok. Lukisan yang dinamainya HANDS itu menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Kita semua pasti pernah melihat reproduksinya.
Lukisan sepasang tangan yang berdoa memberi isyarat bahwa kisah ini berasal dari sebuah keluarga kristiani. Mengetahui pengorbanan Albert, kita menjadi sangat bersimpati kepadanya. Kondisi kesehatannya memang mengalami kemerosotan yang luar biasa, tapi berakhir dengan kepuasan batiniah yang sangat besar. Sepasang tangan yang berdoa itu bukanlah lukisan yang mengada-ada, sebab kita yakin memang begitulah yang dilakukan Albert setiap hari, ia selalu bersandar kepada Tuhan. Pengorbanan untuk keluarga yang penuh dengan kepedihan itu tidaklah sia-sia, dan kisah hidupnya pun bisa menjadi teladan buat semua orang.
PERJALANAN HIDUP
Setiap orang di dunia ini sedang menempuh perjalanan hidupnya masing-masing. Ada yang terkesan panjang, ada pula yang pendek. Ada yang penuh kesulitan, ada pula yang kelihatan biasa-biasa saja. Seperti halnya penumpang kereta api, setiap kali ada pendatang baru yang memasuki gerbong kereta api ketika tiba di sebuah setasiun, ada juga orang-orang yang bergegas meninggalkan tempat duduk, sebab perjalanan mereka sudah berakhir. Jika penumpang kereta api yang sesungguhnya sudah mengetahui kapan akan naik atau turun, maka penumpang “kereta-hidup” hanya akan mengikuti perintah dari Tuhan yang Mahakuasa.
MENGADAKAN ZIARAH
Hal itu bukan sekadar menjalani hidup di dunia ini. Bukan sekadar bertahan hidup, atau mencari kesenangan hidup. Bahkan bukan pula asal menjadi manusia yang sukses. Sebab konon kesuksesan kita hanya akan kita nikmati sendiri, atau bersama dengan keluarga kita.
Kesuksesan hanya bermanfaat selama kita hidup di dunia ini. Kesuksesan berbeda dengan hidup bermakna, yang akan dapat melintasi masa hidup kita di dunia. Hidup bermakna tetap akan terasa hasilnya, sekalipun kita sudah tutup usia.
Namun berbeda lagi dengan mengadakan ziarah, atau perjalanan hidup yang bersangkut paut dengan iman kepercayaan kita. Dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, di sepanjang hidup, kita melangkah dalam barisan umat Tuhan, atau secara pribadi di hadapan hadirat-Nya. Kegiatan ziarah lalu menjadi sangat penting sebab kita memaknai sebagai kegiatan spiritualitas yang akan mewarnai setiap langkah hidup kita seutuhnya.
MENJADI MANUSIA YANG BERBAHAGIA
Tahukah Saudara bahwa Tuhan di dalam Kristus Yesus menghendaki kita bahagia di dalam hidup ini? Kebahagiaan yang sesungguhnya, sekalipun harus ditandai dengan segala macam tantangan dan badai. Namun Tuhan tidak pernah berencana untuk menyingkirkan tantangan hidup, yang berguna untuk mendewasakan kita. Di dalam iman kepada Kristus Yesus, sudah ada kepastian bahwa kita akan dapat mematahkan setiap tantangan dan badai hidup. Ya, di dalam iman kepada Kristus sang Pemenang, kita beroleh kekuatan untuk juga keluar sebagai pemenang.
Jadi itulah perjalanan ziarah kita di dunia ini. Itulah kebahagiaan hidup selaku anak-Nya di tengah dunia yang sering tidak bersahabat dengan kita. Itulah yang kemudian disebut sebagai hidup yang bermakna sebab berfaedah bagi dunia, bagi Kerajaan-Nya, bagi kemuliaan Tuhan! Kalau sudah begitu. berarti kita sudah mengakhiri pertandingan yang baik dan telah mencapai garis akhir.
>> Pdt.Em.Daud Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.