Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya. (Mzm. 126:5-6)
Salah seorang kawan kami membagikan fotonya yang sedang memegang tanaman hasil hidroponiknya. Tanamannya sangat bagus dan besar. Salah seorang teman bertanya, “Apa rahasianya?” Ia menjawab: “Saya menabur 30 benih dan yang tumbuh hanya satu. Tuhan kasihan sama saya karena melihat saya menangis. Jadilah Ia menumbuhkan satu benih dan hasilnya besar.”
Mazmur 126 disebut mazmur ziarah. Pemazmur merujuk pada satu peristiwa pembebasan umat Allah, kemungkinan besar waktu bangsa Israel kembali dari Babel pada masa Ezra. Kondisi yang dipulihkan ini membuat bangsa Israel bersorak-sorai dan bersukacita. Mazmur ini juga mau menyatakan bahwa keadaan tidak secara tiba-tiba menjadi baik atau selalu baik, terkadang ada saat-saat yang penuh dengan cucuran air mata. Namun, pada akhirnya orang akan menuai dengan bersorak-sorai.
Masa kini dikenal sebagai zaman instan; segala sesuatu dibuat secara cepat atau instan. Apa akibatnya? Banyak orang mulai melupakan yang namanya “proses,” termasuk dalam pelayanan. Orang lebih suka langsung tiba di bagian panen yang penuh dengan sorak-sorai dan sukacita. Padahal “sesuatu” tidak akan pernah ada, jika tidak ada proses yang mendahuluinya. Sebuah proses membutuhkan waktu, kerja keras, terkadang air mata, dan pergumulan. Bila kita tetap setia dan tekun di dalamnya maka kita akan menuai dengan sorak-sorai dan pulang sembari membawa berkas-berkasnya. [Pdt. Engeline Chandra]
DOA:
Ajar kami Tuhan untuk tetap setia menjalani proses kehidupan dan pelayanan, sehingga melaluinya kami bersukacita. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 126; Kej. 23:1-19; 1Tes. 3:1-5
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.