… kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan …. (1Kor. 6:11)
Ada sekitar lima atau enam Jemaat rumahan tersebar di kota Korintus. Setiap persekutuan rumah terdiri dari sekitar belasan orang. Mereka berasal dari beragam latar belakang dan dunia pekerjaan. Juga, yang menjadi menarik adalah penduduk kota Korintus yang sangat beragam dalam budaya, kepercayaan, tingkat sosial, pandangan hidup, dan sebagainya. Jemaat Korintus tinggal bersama dan berinteraksi dengan masyarakat Korintus. Rasul Paulus melihat bahwa jemaat menghadapi konflik kehidupan di Korintus.
Orang percaya seharusnya berada pada posisi dan derajat lebih tinggi daripada orang tidak percaya. Tidak elok, menurut Paulus, umat meminta bantuan kepada orang tidak percaya. Hal ini terutama menyangkut penyelesaian urusan di dalam Jemaat sendiri. Bahkan, untuk masalah jemaat sendiri, penyelesaian masalah seharusnya diserahkan kepada orang-orang berhikmat. Bagi Paulus, umat Kristen setinggi “orang-orang kudus yang akan menghakimi dunia.“
Hidup bermasyarakat, berusaha, bertempat kerja, bersosialisasi, bergereja, dan berumah tangga tidak mungkin tanpa gesekan dan konflik. Itu wajar, selama tidak menjadi perang satu sama lain, meskipun itu merupakan kekalahan dan memalukan. Namun, yang penting adalah bagaimana seorang beriman menyelesaikan konflik. Penyelesai konflik terbaik, menurut firman Tuhan, adalah sendiri dengan memakai hikmat. Orang beriman telah dibekali untuk mencari kebenaran dan hikmat dalam nama Tuhan. [Pdt. (Em.) Rasid Rachman]
DOA:
Sertai kami, ya Tuhan, dalam berinteraksi dengan masyarakat kami hari ini. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 129; Yer. 38:14-28; 1Kor. 6:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.