Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. (Mzm. 124:8)

Ada rasa haru ketika mendengarkan Pdt. (Em.) Liely Setiadi mengucapkan kalimat votum dalam ibadah pemberkatan nikah saya dan istri: “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN yang menjadikan langit dan bumi”. Saat itu banjir besar melanda Jakarta dan sekitarnya akibat hujan berhari-hari. Kami sungguh merasakan bahwa pertolongan Tuhanlah yang membuat kami dapat tiba di gedung gereja dan melangsungkan pernikahan kami pada hari itu.

Jauh sebelum kami, pemazmur telah mengungkapkan keyakinannya: “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”. Tampaknya, sang pemazmur mengalami hidup berliku-liku, berat dan penuh tantangan. Namun, ia menyadari akan pemeliharaan Tuhan di sepanjang kehidupannya. Ia telah mengecap pertolongan dari Tuhan. Ia lantas bersaksi, “Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup” (Mzm. 124:2).

Pemazmur mengajak kita untuk merenungkan pertolongan dan perlindungan Tuhan ketika persoalan melanda kehidupan kita. Kalau kita selamat, itu karena pekerjaan Tuhan, bukan kekuatan kita sendiri atau manusia lain. Dalam setiap tarikan napas, baiklah kita mengingat pertolongan Tuhan yang sudah kita alami. Kita mengucap syukur dan menyatakan pengakuan bahwa “Pertolonganku adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi”. [Pdt. Hendri M. Sendjaja]

REFLEKSI:
Liku-liku dan batu-batu kehidupan dapat dilalui oleh karena pertolongan Tuhan saja.

Ayat Pendukung: Mzm. 124; Yes. 54:1-10; Mat. 24:23-35
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.