Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. (Luk. 24:31)
Hukum Taurat mengajarkan agar di setiap perjalanan umat Israel membicarakan dan merenungkan firman Tuhan (Ul. 6:7). Namun, dua orang murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus beralih ke topik tentang peristiwa aktual yang baru saja terjadi, yaitu kematian Yesus. Di tengah-tengah perjalanan sekitar 11 km, dua orang murid ditemui oleh Yesus. Mereka tidak mengenal-Nya dan menganggap Yesus sebagai orang asing.
Kesedihan tidak dapat dihindari saat para murid melihat proses kematian Yesus. Harapan mereka sirna. Karena itu, mereka “pangling” (fail to recognise) diri Yesus yang telah bangkit. Diskusi yang intens dengan Yesus tidak membuka kesadaran dan pengenalan akan Yesus yang sudah mereka ikuti selama 3 tahun. Mereka baru bisa mengenali Yesus saat Ia di rumah mereka. Yesus yang semula hadir sebagai orang asing (stranger), lalu berganti peran sebagai tuan rumah (host) dengan memecahkan roti dan mengucapkan berkat.
Sejauh kita menempatkan Yesus sebagai orang asing, seluruh pengajaran dan kehadiran-Nya akan sulit dicerna. Namun, saat kita menempatkan Yesus sebagai “tuan rumah” dalam kehidupan kita, maka mata hati kita akan tersingkap. Lebih daripada itu. perjumpaan dengan Kristus itu akan mengubah hidup kita. Kuasa kebangkitan-Nya akan membarui sehingga hati kita selalu berkobar-kobar dalam kasih-Nya dan kepedulian memberitakan kabar baik (Luk. 24:34-35). [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Ya Roh Kudus, mampukanlah kami menjadikan Kristus sebagai tuan rumah dalam hidup kami sehingga hidup kami semakin dibarui. Amin.
Ayat Pendukung: Kis. 2:14a, 36-41; Mzm. 116:1-4, 12-19; 1Ptr. 1:17-23; Luk. 24:13-35
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
1 Comment
Edward
April 23, 2023 - 5:13 amTerimakasih buat renungan hari ini