… betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, … supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih …. (Kol. 2:1-2)
Seorang anak dengan saksama memperhatikan seekor kupu- kupu yang tengah berusaha keluar dari kepompongnya. Merasa tidak tega, anak tersebut pun berinisiatif untuk menarik kupu-kupu itu dari kepompongnya. Betapa terkejutnya sang anak ketika menyadari bahwa kupu-kupu yang ditolongnya itu justru mati, karena sayapnya tidak dapat dibentangkan.
Hidup adalah perjuangan. Sama seperti kupu-kupu yang seharusnya berjuang sendiri untuk keluar dari kepompong, manusia pun perlu berjuang untuk bertahan hidup. Paulus, di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, menyatakan bahwa perjuangannya selama ini adalah supaya jemaat Kolose terhibur, bersatu dalam kasih, memperoleh pengertian, dan mengenal Kristus. Dengan kata lain, Paulus ingin menegaskan bahwa tujuan akhir dari perjuangannya adalah Kristus. Paulus tidak ingin jarak yang memisahkan dirinya dengan jemaat Kolose, menjadi alasan bagi mereka untuk meninggalkan Kristus.
Pada saat ini, kita pun sedang berjuang. Namun, kita juga perlu bertanya kepada diri kita sendiri, “Untuk apa atau untuk siapa kita berjuang selama ini? Apakah selama ini kita berjuang hanya untuk memperoleh kesuksesan? Apakah selama ini kita berjuang hanya untuk mengejar kebahagiaan? Apakah selama ini kita berjuang hanya untuk mendapatkan poularitas? Atau apakah kita berjuang untuk Kristus yang telah memberi kepada kita hidup baru di dalam kasih-Nya?” [Pdt. Tunggul Barkat]
REFLEKSI:
Bisa mengalami kesulitan merupakan berkat tersendiri. Bukan karena kita menderita, tetapi karena kita belajar bertahan bersama Tuhan.
Ayat Pendukung: Mzm. 85:9-14; Am. 2:6-16; Kol. 2:1-5
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
1 Comment
Yosep Malau
Februari 18, 2023 - 12:22 pmRenungan yang sangat memberkati