“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.” (Mat. 25:14)
Mengembangkan potensi diri adalah panggilan Tuhan bagi kita semua. Setiap orang diberi potensi oleh Tuhan untuk berkembang. Ketika kita mampu memaksimalkan potensi diri serta memanfaatkannya, maka kita akan menjadi manusia bernilai yang memberi nilai tambah bagi kehidupan bersama.
Perumpamaan tentang talenta menekankan pentingnya kesetiaaan dan ketekunan dalam mengembangkan talenta atau potensi diri yang Tuhan percayakan kepada kita. Kepada masing-masing hamba diberikan sejumlah talenta. Jumlah itu diberikan sesuai dengan peran dan kesanggupan setiap hambanya dalam mengembangkan talenta. Sang tuan sangat mengetahui kemampuan setiap hambanya. Teguran sang tuan kepada hamba yang menerima satu talenta bukan karena ia tidak dapat melipatgandakannya, melainkan karena ia tidak setia dan tekun dalam mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya. Artinya, dalam perumpamaan ini bukan jumlah pelipatgandaannya yang terpenting. Yang dipentingkan adalah kesanggupan setiap hamba untuk mengelola dan mengembangkan talenta dengan tekun dan setia.
Kita tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan yang lain, tetapi mintalah hikmat dari Tuhan agar dimampukan melakukan yang terbaik bagi diri sendiri, sesama, dan bagi Tuhan dengan talenta yang kita miliki. Jika kita tidak mau mengembangkannya, tidak mau bekerja, diam saja, bersikap pasif, itu sama artinya kita tidak menghargai Tuhan sebagai pemberi talenta. [Pdt. Jotje H. Karuh]
REFLEKSI:
Tuhan menghargai setiap upaya kita dalam mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi kehidupan bersama.
Ayat Pendukung: Zef. 1:7, 12-18; Mzm. 90:1-8, (9-11), 12; 1Tes. 5:1-11; Mat. 25:14-30
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.