“Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami, ambillah kami menjadi milik-Mu (Kel. 34:9)

Pemimpin buruk adalah pemimpin yang tidak pernah mau disalahkan. Bila ada ketidakberesan, ia akan mencari “kambing hitam” atas ketidakberesan itu. Biasanya yang menjadi “kambing hitam” adalah anak buahnya. Pemimpin yang baik berlaku sebaliknya. Ia berani dan bersedia memikul tanggung jawab atas ketidakberesan yang mungkin saja dilakukan oleh anak buahnya.

Pemimpin sebagai teladan, itulah yang ditunjukkan oleh Musa. Karena anak lembu emas, Musa dalam murkanya menghancurkan dua loh batu yang atasnya terpahat 10 hukum Tuhan. Namun, teks Alkitab hari ini mengatakan bahwa Musa memahat kembali 2 loh batu yang baru. Bukan hanya itu. Menarik untuk memperhatikan isi doa dan permohonan Musa kepada Allah. Dalam doanya, Musa mengatakan bahwa jika ia sudah mendapatkan kemurahan Allah, biarlah Israel—sekalipun tegar tengkuk—tidak Tuhan abaikan, tetapi kiranya Tuhan berkenan mengampuni dan tetap menjadikan mereka sebagai milik-Nya. Musa tidak berpuas diri dengan kasih karunia yang ia terima dari Tuhan. la juga memohonkan kasih karunia yang sama untuk umat Israel.

Jadilah pemimpin yang sungguh mengasihi orang-orang yang dipercayakan kepada kita untuk dipimpin. Baik anak buah atau pegawai di kantor, ataupun keluarga yang Tuhan percayakan kepada kita. Jadilah pemimpin yang sungguh-sungguh peduli pada kesejahteraan orang-orang yang dipercayakan kepada kita. [Pdt. Mungki A. Sasmita]

DOA:
Terima kasih Tuhan atas kepercayaan-Mu yang menjadikan kami pemimpin di lingkungan kami. Kami akan selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik sebagaimana yang Engkau kehendaki. Amin.

Ayat Pendukung: Hos. 5:15-6:6; Mzm. 50:7-15; Rm. 4:13-25; Mat. 9:9-13, 18-26
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.