Ibadah tahun baru ini unik, sebab kita memulai awal tahun ini dengan teks yang justru berbicara mengenai penghakiman akhir. Pesannya jelas: Mulailah segala sesuatu dengan menancapkan perhatian pada yang di ujung hari sana. Dan ternyata, yang berada di ujung hari sana adalah penegasan Kristus, bahwa Ia dapat ditemukan di dalam diri orang-orang yang menderita yang kelaparan, yang kehausan, yang tak berumah, yang telanjang, dan yang terpenjara. Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang berjuang dalam kondisi tak mampu memenuhi kebutuhan dasariah mereka sebagai manusia. Sikap kita terhadap mereka menjadi ukuran sikap kita terhadap Kristus sendiri.
Perikop ini tidak sedang berbicara mengenai perbuatan baik sebagai kriteria keselamatan. Ia tengah memberi penegasan bahwa iman pada Kristus (sola fide) tetapkah menjadi kriteria keselamatan. Namun, iman belumnya utuh jika ia hanya menjadi kondisi batin seseorang. Iman mengutuh di dalam cintakasih yang konkret. Maka, sesungguhnya sola fide (hanya iman) dan sola agape (hanya cintakasih) bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan, namun justru dilihat bersamaan.
Maka, tema kita menjadi sebuah komitmen penting untuk menerjemahkan iman ke dalam cinta, mewujudkan keyakinan ke dalam perbuatan, memperjumpakan surga dan bumi. Untuk itu, kita memerlukan kepekaan untuk mampu melihat wajah Kristus di dalam wajah sesama yang menderita. Sebab, Kristus dapat sungguh kita jumpai di dalam perjumpaan kita dengan mereka. (ja)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.