Berfirmanlah Tuhan kepada Yosua: “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa.” (Yos. 6:2)
Pada masa peperangan yang dinamakan Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) di Eropa Tengah, Pendeta Paul Gerhardt dan keluarganya terpaksa melarikan diri. Suatu malam, saat mereka tanpa rumah dan ketakutan, istrinya menangis putus asa. Begitu juga perasaan Pendeta Gerhardt. Ia merasa berada dalam saat terkelam hidupnya. Namun kemudian, ia merasakan kehadiran Tuhan secara baru. Pengalaman itu dituangkan dalam tulisannya yang di kemudian hari menjadi himne yang menghibur banyak orang. “Serahkan pada Tuhan seluruh jalanmu/ kuatirmu semua ditanggung-Nya penuh/ sedangkan angin lalu dituntun tangan-Nya/ pun jalan di depanmu, Tuhan mengaturnya” (KJ 417).
Dalam “malam kelam” hidup kita, memang tidak mudah untuk tetap beriman. Namun, kekuatan kita tidak bersumber dari diri kita sendiri, tetapi dari Allah. Kisah Yerikho memperlihatkan bahwa kota yang tampaknya mustahil untuk dikuasai, ternyata bisa dikalahkan oleh Yosua. Di tengah keraguan, Allah menepati janji-Nya untuk memberikan tanah kepada Israel. Bahkan, Ia sendiri hadir dan terlibat secara langsung untuk membela umat-Nya. Ia pun menyertai Yosua yang taat kepada-Nya.
Situasi buruk memang sering membuat kita takut. Namun, perbuatan dan pemeliharaan Allah yang terjadi atas dunia ini menjadi jaminan bahwa kita tidak perlu dikuasai oleh ketakutan itu. Allah tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Seperti bintang yang lebih terlihat pada malam hari, kehadiran Tuhan makin terasa jelas saat hidup penuh kekelaman.
Ayat Pendukung: Mzm. 128; Yos. 6:1-16, 20; Kis. 13:1-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.