Lalu terjadilah pertengkaran antara para gembala Abram dan para gembala Lot… Berkatalah Abram kepada Lot, “Janganlah kiranya ada pertengkaran antara aku dan engkau,…(Kejadian 13:7-8a)
Setiap orang, setidaknya satu kali seumur hidupnya pasti pernah berkonflik dengan orang lain. Sayangnya tidak semua orang memiliki kemampuan mengelola konflik dengan baik sehingga terkadang menyebabkan pertikaian bertahun-tahun. Dalam mengelola konflik, seseorang harus merespons dengan benar, tenang, dan tetap menghormati orang lain.
Sikap demikianlah yang ditunjukkan Abraham saat ia merasakan suasana menegangkan antara gembalanya dan gembala keponakannya, Lot. Permasalahannya, negeri yang selama ini mereka diami sudah tidak cukup luas untuk mereka tinggali bersama. Kebutuhan air dan makanan tidak cukup untuk semua domba mereka. Sebagai seorang paman, Abraham bisa saja ingin lebih dihormati oleh Lot. Namun Abraham memandang relasi persaudaraan mereka lebih penting dari hartanya. Itu sebabnya, Abraham menyuruh Lot memilih lebih dulu tanah yang diingininya. Abraham memilih mengalah dan tidak mempertahankan keuntungan diri sendiri, bahkan ia ingin mengerti apa yang Lot butuhkan. Abraham mengupayakan kedamaian lebih dari segalanya.
Sahabat, sebagai anak-anak Tuhan, kita juga dipanggil untuk mengupayakan kedamaian lebih dari segalanya. Itulah yang dikatakan Kristus bahwa kita adalah terang dan garam dunia. Melalui kehidupan kita, seharusnyalah damai surgawi dirasakan oleh sesama kita. Mari, kita upayakan kedamaian sekuat tenaga kita dengan lebih memperhatikan kepentingan sesama kita! [Pdt. Em. Meitha Sartika]
REFLEKSI:
Ketika kita dengan kerelaan hati bersedia mengerti keadaan orang lain, maka persaudaraan kita akan tetap utuh.
Ayat Pendukung: Kej. 13:1-7, 14-18; Mzm. 27; Flp. 3:2-1
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.