Di dalam diri Tuhan Yesus, kita mengenal Allah dan kasih-Nya. Alih alih mengajar dan berbicara tentang kasih, Ia menghidupi kasih itu hingga memberi diri-Nya mati demi menebus dosa manusia.
Oleh sebab itu, jika kita mengatakan bahwa kita mengasihi Allah berarti harus mengasihi apa yang dikasihi Allah yaitu manusia.
Dengan mengasihi saudara yang kelihatan dalam hidup ini, yaitu orang-orang yang kita lihat, yang kita jumpai setiap hari, maka kita sudah menghadirkan Allah sang Cinta. Ini mudah dikatakan tapi tidak mudah diwujudkan.
Harga mahal yang dibayar oleh Allah demi kasih-Nya kepada kita adalah Anak-Nya sendiri, satu-satunya, yang intim dan unik bagi Dia. Ini adalah bukti terbesar dari kesempurnaan kasih Allah. Kasih-Nya bukan sekadar sebuah konsep yang abstrak, melainkan sudah diwujudkan dalam sebuah tindakan konkrit. Kasih Allah bukan hanya diketahui dari nama atau sifat-Nya, tetapi juga dari kerelaan-Nya dalam mengutus Anak-Nya ke dalam dunia demi orang yang berdosa.
Surat Pastoralia ini mau mengingatkan kepada jemaat dimana pun mereka berada, bahwa Allah adalah kasih, dan jika Allah adalah kasih, maka sebagai murid murid Kristus, tanda inilah yang harus selalu mengikuti orang yang percaya kepada Allah sang Cinta itu.
Dalam situasi saat ini ketika pandemic Covid meluluh lantakan sendi kehidupan umat manusia, Gereja kembali terpanggil untuk berperan mempersaksikan sang Cinta. Memang bukan hal yang mudah menghadirkan sang Cinta itu, namun pada saat yang bersamaan pula Gereja Tuhan mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempersaksikan Cinta Allah dalam kehidupan keseharian umat manusia yang sedang mengalami keterpurukan.
Bagaimana dengan kita sebagai Gereja Tuhan di tengah dunia ini, masihkah kita terdorong untuk menghadirkan sang Cinta ? Semoga Tuhan menolong kita…..
(tt)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.