“Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” (Mat. 11:17)
Sewaktu kecil, saya suka bermain layang-layang. Tak jarang saya bermain sampai lupa waktu. Pernah beberapa kali, ketika orangtua saya memanggil, saya pura-pura tidak mendengar; saya abaikan.
Nabi-nabi di sepanjang zaman juga memiliki pengalaman diabaikan. Mereka menyampaikan firman dan kebenaran Tuhan, namun orang-orang sibuk dengan urusannya sendiri. Hal yang sama juga dialami Tuhan Yesus. Tuhan Yesus membuat banyak mukjizat: Ia menyembuhkan yang sakit, melipatgandakan roti dan ikan, membangkitkan orang yang telah meninggal dunia, dan lain-lain, namun tidak banyak orang yang percaya kepada-Nya. Ia mengajar dengan penuh kuasa, namun tidak banyak orang yang mendengar ajaran-Nya. Sebaliknya, suara para penentang- Nya semakin keras. Mereka berusaha menyudutkan Tuhan Yesus. Tidak mengherankan bila kemudian Tuhan Yesus berkata: “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung” (Mat. 11:17).
Tuhan Yesus datang ke dunia selain untuk menebus dosa manusia, juga untuk membimbing kita dalam kebenaran. Sudahkah kita memperhatikan kehadiran- Nya? Sudahkah kita mendengarkan sabda-Nya dengan sungguh-sunguh? Sudahkah kita melakukan kehendak- Nya? [Pdt. Eko Priliadona Susetyo]
REFLEKSI:
Seorang murid mendengar dan memperhatikan apa yang Sang Guru katakan dan lakukan.
Ayat Pendukung: Kej. 24:34-38, 42-49, 58-67; Mzm. 45:10-17; Rm. 7:15-25a; Mat. 11:16-19, 25-30
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.