Memahami dan mengerti Kerjaan Sorga tidak bisa dilihat dari norma yg berlaku umum di dunia ini. Pendekatan kita untuk mengerti, mesti dilihat dari cara berpikir Allah (Theosentris) untuk memahami berita inti (message) yg akan disampaikan oleh Allah sendiri. Dalam konteks inilah kita mencoba untuk mengerti “Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur”.
Perumpamaan ini bisa di kategorikan dalam dua kelompok. Kelompok pertama ialah kelompok pekerja yg bekerja berdasarkan ‘kontrak kerja’ (ay.2) Kelompok kedua ialah kelompok pekerja “non kontrak” (ay. 3-7).
Permasalahan kemudian muncul saat pembagian upah, dimana kelompok 1, merasa diperlakukan tidak adil oleh tuannya, karena mereka bekerja lebih lama dari para pekerja kelompok 2, tetapi dibayar sama, yaitu sedinar. Namun yang menarik adalah jawaban si tuan, yg mengatakan: “Kawan, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari ? …….. Iri hatikah engkau, karena aku murah hati”
Pelajaran apa saja yg kita petik dari perumpamaan ini,
Bekerja dan melayani Tuhan itu bukan masalah “waktu” (berapa lama), mau sehari atau sejam bukan itu yang terutama, tetapi apakah yang kita kerjakan itu fokusnya adalah Allah atau diri sendiri ?
Privilege, masalah ‘senioritas’ sering membawa kita kepada pencobaan untuk lebih di istimewakan atau dihormati sehingga kita sering meremehkan para ‘yunior’ yang kita anggap belum banyak tahu, ternyata di mata Tuhan semua sama, tidak ada ‘pembedaan’ meskipun ada perbedaan.
Compassion (belas kasih) Allah yg tak terbatas, hal ini dinyatakan melalui sikap tuan ketika melihat “pengangguran” kondisi inilah yang menggerakkan si tuan untuk mempekerjakan mereka dan menerima upah yang sama sehingga si tuan sudah bertindak melampaui keadilan yang berlaku pada umumnya, itulah gambaran Allah yg penuh belas kasih.
Kemurahan Allah dinyatakan melalui gambaran para pekerja yang melakukan pekerjaan berbeda tetapi menerima upah yang sama. Dihadapan Allah semua pelayanan itu sama penting. Bukan masalah berapa banyak tugas ataupun jabatan yang saya miliki, tetapi sekecil apapun pelayanan yang lakukan, bagaimana saya lakukan untuk berbagi cinta sebagaimana Tuhan lakukan.
Permasalahannya buat kita kini, mampukah saya mencintai seperti Tuhan ? (AS)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.