Keinginan untuk menjadi pusat perhatian menjadi begitu besar saat ini. Berbagai cara dan fasilitas saat ini membuat seseorang menjadi pusat perhatian baik karena prestasi yang luar biasa atau sebaliknya karena kejahatan yang luar biasa. Pemusatan kepada diri sendiri sudah sangat dibiasakan dalam kehidupan saat ini. Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi area untuk menjadikan seseorang yang solider pun telah berganti dengan pendidikan yang mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain. Persaingan antara anak didik sangat kuat bahkan dari jenjang pendidikan yang paling dini.
Hamba Yahwe mengalami penderitaan yang hebat karena Dia melakukan apa yang baik bagi orang lain dan bukan bagi dirinya. Jalan yang berat dan penuh kesakitan itu dilalui karena sikap kasih-Nya pada sesama. Dan secara bertolak belakang kita membaca kisah di Markus persaingan antar murid untuk mendapatkan kedudukan. Satu ingin mendahului yang lain untuk memastikan posisi aman. Sementara yang lain menjadi begitu marah karena telah dilupakan untuk mencari kenyamanan itu.
Kesediaan untuk berbagi seharusnya sejak dini diajarkan dan dipraktikkan dalam hidup keluarga kita. Mencetak pribadi-pribadi yang murah hati dimulai dari keluarga sehingga kemurahan hati Allah dapat disalurkan lewat peran dan karya kita. Keluarga diajak untuk berjuang menghadirkan sikap rendah hati tanpa menjadi rendah diri. Pribadi yang percaya pada dirinya dan sekaligus pribadi yang bersedia mendahulukan kepentingan yang lain dari dirinya sendiri. Jika sikap ini dibiasakan dalam pola didik keluarga kita maka kehidupan bersama kita pun akan menjadi damai sejahtera.
DVA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.