Jemaat Sardis adalah sebuah jemaat dengan tiga kategori warga yang berbeda watak. Kelompok pertama, yang mayoritas jumlahnya, adalah warga jemaat yang “dikatakan hidup, padahal … mati” (ay. 1). Kekristenan bagi kelompok ini tidak menuntun mereka kepada kehidupan, sebab kekristenan hanya terbatas pada tampilan-tampilan lahiriah yang tidak memiliki kedalaman sama sekali. Kategori kedua adalah mereka yang “sudah hampir mati” (ay. 2), yaitu orang-orang yang terancam menjadi seperti kelompok yang pertama. Jika dibiarkan, tanpa dipulihkan, mereka sungguh-sungguh akan kehilangan kehidupan iman yang sesungguhnya. Kelompok ini masih bisa diselamatkan, namun harus sungguh dengan proses pendampingan yang serius. Kelompok atau kategori ketiga adalah mereka “yang tidak mencemarkan pakaiannya” (ay. 4), yang berusaha sekuat tenaga bertahan hidup secara imani di tengah tumpukan kematian spiritual di sekitar mereka.
Cara membaca surat kepada jemaat Sardis semacam ini membantu kita untuk berkaca: Termasuk kelompok manakah aku? Termasuk kategori yang manakah GKI Pondok Indah secara keseluruhan? Berhati-hatilah! Sebab, apa yang tampaknya hidup ternyata sangat mungkin tidak benar-benar hidup. Apa yang tampaknya tidak popular ternyata dipuji Allah. Apa yang tampaknya tak tertolong lagi, ternyata masih dapat diselamatkan. Yang pasti, situasi semacam Sardis semustinya membawa kita kepada sebuah kesadaran yang gamblang, yaitu bahwa hidup spiritual selalu berada di titik kritis dan mendesak. Kritis, sebab yang dipertaruhkan adalah soal hidup dan mati. Mendesak, sebab jika bersantai saja, tanpa disadari kita bisa saja telah mati secara spiritual.
JA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.