Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat punggung-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan. (Keluaran 33:23)
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pemimpin itu ada di depan untuk memberikan teladan, ing ngarsa sung tuladha. Saat pemimpin berada di depan, kita tidak melihat wajahnya. Kita hanya menatap punggungnya, lalu kita mengikutinya. Kita tidak melihat matanya, tetapi kita percaya bahwa ia membawa kita di jalan yang benar.
Suatu waktu, Musa yang bergumul dalam proses kepemimpinannya atas umat Israel di padang gurun benar-benar ingin melihat wajah TUHAN. Ia ingin mengenal TUHAN dan ingin pula diyakinkan bahwa apa yang sedang ia dan umat Israel jalani adalah kehendak-Nya. Bahkan, Musa ingin melihat kemuliaan TUHAN. Namun, TUHAN menjawab bahwa jika manusia melihat wajah dan kemuliaan-Nya, maka manusia itu tidak mungkin tetap hidup. Karena itu, Musa hanya diizinkan melihat punggung-Nya. Artinya, TUHAN mau Musa berproses dengan percaya penuh kepada-Nya. Ia selalu ada di depan untuk membuka jalan. Musa dan umat Israel tinggal mengikuti, dan dalam pengalaman mengikuti punggung TUHAN itulah mereka bisa melihat berbagai mukjizat.
Tuhan adalah Pemimpin Agung. Kita tentu sama seperti Musa, tidak bisa melihat wajah dan kemuliaan-Nya secara langsung. Kita hanya dapat “melihat” punggung-Nya. Atau, sama seperti kata Paulus, kita melihat dalam cermin yang samar. Namun, kita diminta untuk menaruh percaya kepada-Nya dan mengikuti jalan-jalan- Nya. Mungkin hal ini terasa tidak nyaman, tetapi kita pasti akan melangkah dari satu mukjizat ke mukjizat berikutnya. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Mengikuti jalan Tuhan itu menggairahkan. Walau kita hanya melihat punggung-Nya, tetapi kita yakin akan kemahakuasaan-Nya.
Ayat Pendukung: Kel. 33:18-23; Mzm. 97; Yoh. 1:14-18
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.