Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Mrk. 7:6)
Beberapa orang terlihat menitikkan air mata, ketika melihat sebuah pertunjukan tarian yang menceritakan kisah cinta sepasang anak manusia yang berakhir tragis. Setelah pertunjukan usai, beberapa orang memberi komentar: “Para penari sangat menghayati peran mereka, mereka bukan hanya pandai dalam teknik menari, tetapi mereka menari dengan hati.”
Kalimat yang memiliki arti yang hampir sama dilontarkan oleh Tuhan Yesus kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, tetapi dalam bentuk sebuah kecaman, yakni: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-ku” (ay. 6). Mengapa Tuhan Yesus berkata demikian? Sebab, banyak dari antara ahli Taurat dan orang Farisi yang merasa diri suci karena menjalani setiap hukum Taurat yang ada. Namun, sebenarnya, semua itu dilakukan untuk kebesaran diri, bukan untuk memuliakan Tuhan.
Persoalan yang sama terkadang kita hadapi. Ibadah dan pelayanan terasa menjadi satu rutinitas dan tugas belaka. Apa akibatnya? Kita beribadah, bernyanyi, melayani bukan karena kita mau melayani dan bertemu Tuhan, tetapi semua kita lakukan secara otomatis. Bahkan tidak jarang juga, kita melayani dan beribadah supaya orang melihat bahwa kita adalah anak Tuhan yang saleh. Jika itu yang kita lakukan, maka apa beda kita dengan orang Farisi dan ahli Taurat? Mari beribadah dan melayani dengan hati yang tulus, bukan untuk kepentingan diri. [Pdt. Engeline Chandra]
DOA:
Ajar kami Tuhan, agar kami dapat beribadah dan melayani dengan hati dan hidup kami, bukan hanya dengan bibir kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 116:1-2, 12-19; Kej. 24:10-52; Mrk. 7:1-13
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.