“Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan … Siapa tahu, mungkin justru untuk saat seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.” (Est. 4:14)
Rasialisme adalah tindakan diskriminasi berdasarkan ras. Sikap diskriminasi ini, ternyata masih terus hidup hingga kini, dan dapat berujung pada kekerasan fisik seperti perkosaan sampai pembunuhan. Bangsa kita sendiri punya memori kelam soal ini. Tahun 1998, etnis Tionghoa menjadi sasaran amuk massa yang brutal.
Kitab Ester menggambarkan rencana pembasmian etnis Yahudi yang didalangi oleh Haman. Rencana jahat ini dipicu oleh hal sederhana, yaitu sikap Mordekhai yang tidak tunduk memberikan hormat kepada Haman; sikap yang terkait dengan latar belakang kepercayaan Mordekhai selaku orang Yahudi. Namun, Haman kemudian melihat Mordekhai dan seluruh orang Yahudi sebagai ancaman. Karena merupakan ancaman, maka mereka harus dimusnahkan. Di sana terlihat bagaimana relasi kuasa dimainkan oleh Haman. Namun, Mordekhai tidak patah arang. Ia menantang ratu Ester untuk bisa membatalkan rencana busuk Haman yang sudah direstui raja. Di sini, kekuasaan justru dipakai sebagai alat untuk mencegah kejahatan dan melakukan kebaikan.
Kisah Mordekhai dan Ester ini memberikan kepada kita keberanian menentang kejahatan. Koneksi, kekuasaan, dan setiap kesempatan yang dimiliki mesti diarahkan untuk mencegah kejahatan. Rasialisme adalah tindak kejahatan. Peristiwa kelam 1998 tidak boleh terulang lagi terhadap suku apa pun. Relasi-relasi sosial harus dibangun dengan cinta dan simpati, bukan antipati. Kita harus melawan diskriminasi ras! [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Jangan membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit atau karena perbedaan SARA, sebab itu adalah benih kebencian dan kejahatan.
Ayat Pendukung: Mzm. 140; Est. 4:1-17; 1Pet. 1:3-9
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.