Mati agar Menghasilkan Banyak Buah

Belum ada komentar 1449 Views

Dalam bacaan injil hari ini (Yohanes 12:20-33) beberapa orang Yunani mencari Yesus. Mereka adalah orang-orang non Yahudi yang kemudian beribadah dalam agama Yahudi. Nampaknya mereka begitu tertarik untuk mengenal Yesus yang hidup di tengah-tengah orang Yahudi yang sedang menantikan kedatangan Mesias, raja & pembebas bagi kehidupan umat dari penjajahan pemerintahan romawi. Mungkin saja mereka punya pemikiran sama dengan kebanyakan orang bahwa Yesus adalah sosok Mesias, raja orang Yahudi yang kelak akan memimpin umat Yahudi. Hal ini tidak mengherankan karena dalam perikop sebelumnya Yesus baru saja dielu-elukan di Yerusalem. Ia masuk dengan sambutan luar biasa! Duduk di atas keledai, para penduduk menyongsongnya dengan daun Palem sambil berseru : “Hosiana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”

Sungguh menarik, ketika Yesus tahu bahwa ia dicari-cari, bahkan orang-orang dari bangsa lain ingin mengenal sosoknya yang luar biasa, ia justru mulai memberitakan tentang penderitaan & kematiannya. Sesuatu yang tentu berlawanan dengan profil seorang raja yang dipuja dan diagungkan. Ia menggambarkan kehidupan-Nya seperti biji gandum yang jatuh ke tanah, mati, untuk menghasilkan banyak buah. Ia rela memberikan nyawanya bagi dunia, agar banyak orang hidup. Ia memberitakan kepemimpinan yang tidak berfokus pada kekuasaan di dunia, tetapi pada pelayanan dengan memberi diri seutuhnya karena cinta kasih-Nya pada dunia.

Suatu tantangan diperkatakan oleh Yesus bagi para pengikutnya : “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada.” Perkataan ini mengajak kita untuk merelakan apa yang terpenting dalam hidup kita untuk kebaikan sesama kita dan dunia di sekitar kita. Merelakan apa yang terpenting tidak selalu harus dengan memberi nyawa sehingga kita harus mati muda. Merelakan apa yang terpenting dalam hidup kita berarti kita tidak berfokus pada kebutuhan dan kepentingan diri sendiri, tetapi berfokus pada kepentingan bersama, kepentingan sesama kita. Merelakan waktu berharga yang kita punya untuk melayani Tuhan : di keluarga, di dunia kerja, di gereja-Nya. Sehingga keluarga, rekan kerja, komunitas gereja dapat bertumbuh melalui peran serta kita. Merelakan harta yang berharga bukan hanya untuk memperkaya diri, tetapi untuk melayani sesama, sehingga banyak orang memperoleh berkat Tuhan dan terpenuhi kebutuhannya. Mari kita bersama-sama belajar merelakan sesuatu yang sangat berharga yang kita miliki sebagai persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan dan yang kelak membawa kebaikan bagi dunia ini.

GPP

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MERDEKA UNTUK BERBEDA
    Lukas 9:51-56; Galatia 5:1, 13-25
    Salah satu ekspresi dari hidup di dalam kemerdekaan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, sekalipun itu berarti berbeda dari...
  • MENJADI GEREJA YANG MENGAKU
    Roma 10:9-12
    Sebuah pengakuan, mesti diikuti tindakan yang sejalan dengan pengakuan tersebut. Sungguh aneh, jika kita mengaku Kristus adalah Tuhan tetapi...
  • MENGIMANI ALLAH TRINITAS
    Amsal 8:1-4, 22-31; Mz. 8; Roma 5:1-5; Yoh. 16:12-15
    Belajar dari pemazmur, aku mencoba untuk mengenal Allah. Ku lihat alarm semesta, Bintang, matahari dan bulan serta berbagai bunga...
  • ROH KUDUS DAN MISI
    Kej. 11:1-9; Mz. 104:24-34, 35b; Kis. 2:1-21; Yoh. 14:8-17, 25-27
    Sungguh menarik bacaan leksionari kita hari ini. Ketika kisah para Rasul memberitakan tentang dicurahkannya Roh Kudus, dengan salah satu...
  • KESELAMATAN DAN KESATUAN IMAN
    Kis. 16:16-34; Mz. 97; Wahyu 22:12-21; Yoh. 17:20-26
    Injil Yohanes 17:20-21, menggambarkan, tentang keselamatan, sebagai masuk ke dalam persekutuan Allah Trinitas. (…agar mereka di dalam kita___). Dengan...