Bukan hukum “kejahatan dibalas dengan kejahatan” yang berlaku dalam ajaran Tuhan Yesus, melainkan hukum kasih. Sebab di balik hukum kasih ini ada rahasia besar, yang sering tidak dilihat oleh mata biasa, mata yang dipenuhi keinginan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, membutakan rahasia rencana dan kehendak Allah dalam kehidupan seseorang.
Sokreaksa Himm seorang anak berusia 14 tahun, ia menyaksikan sendiri bagaimana tentara Khmer Merah Kamboja membantai seluruh keluarganya pada tahun 1977. Sokreaksa tidak dapat melupakan malapetaka yang menimpa keluarganya, selalu terbayang di depan matanya. Bertahun-tahun ia menyimpan dendam dan sakit hati berkepanjangan sepanjang hidupnya. Ia sama sekali tidak dapat menerima pembunuhan keji ini. Tetapi entah bagaimana, ketika Sokreaksa mulai mengenal Tuhan, mulai mengenal makna sesama manusia, hatinya perlahan mulai berubah. Dendam yang membara mulai surut, sakit hati yang tersimpan sekian lama mulai memudar. Ia belajar berdamai dengan dirinya sendiri.
Akhirnya, dengan tekad yang kuat, Sokreaksa mencari para pembunuh keluarganya, bukan untuk membalas dendam, tetapi justru datang untuk memaafkan mereka sekaligus mengampuni para pembunuhnya ini.
“Ketika Anda memaafkan, memang Anda tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi Anda yakin bisa mengubah masa depan.” (Bernard Meltzer)
Inilah rahasia dari Hukum Kasih yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu untuk membuka mata hati kita agar mampu melihat masa depan dan kembali menata pengharapan yang lebih baik. Ketika mata hati manusia dibutakan oleh berbagai keinginan untuk membalas dendam, maka hidup manusia akan berada dalam kegelapan. Untuk itulah Yesus mengajar Hukum Kasih yang akan memberikan terang dan masa depan yang penuh harapan dan kedamaian.
tt
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.