Merasa at home di dalam Kristus merupakan sebuah impian semua orang Kristen. Sudah seharusnya pulalah demikian. Namun, pertanyaan yang seharusnya menggelisahkan kita adalah: Apakah Kristus at home di dalam kehidupan kita?
Yohanes 15:4 bertutur: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.” Versi The Message menerjemahkan secara bebas kalimat ini dengan sangat indah: “Make your home in me just as I do in you.” Kristus menjadi rumah bagi kita dan kita menjadi rumah bagi Kristus. Jadi, “memiliki rumah” dan “menjadi rumah” merupakan dua hal yang sama-sekali berbeda. Seseorang bisa jadi memiliki rumah yang permai, tanpa menjadi rumah yang nyaman bagi Kristus. Sebaliknya, orang lain bisa saja tak memiliki rumah, namun hidupnya menjadi rumah bagi Kristus.
Mengapa Kristus “membutuhkan” rumah? Sebab, ia sangat mungkin tampil di dalam hidup kita sebagai seorang asing, seorang pengelana yang kemalaman di tengah dinginnya senja, seorang musafir. Atau juga, ia hadir di dalam kehidupan orang-orang yang berjuang mempertahankan rumah-rumah kecil mereka dari penggusuran, tiupan angin yang bisa merobohkannya atau kebanjiran. Mungkin, di dalam rumah-rumah kecil itulah Kristus merasa at home. Keyakinan semacam ini muncul sangat kuat dalam sebuah kidung yang digubah oleh Pdt. Em. Abdi Widhyadi. Saya kutipkan lirik nyanyiannya.
RUMAH-RUMAH KECIL
Abdi Widhyadi, 1987
Rumah-rumah kecil di bawah mentari,
rumah orang-orang yang kecil.
Rumah-rumah kecil di bawah mentari ,
terhimpitnya orang yang kecil.
Rumah-rumah selalu nasibnya tak menentu,
sekali hempas habis riwayatnya.
Rumah-rumah kecil di bawah mentari,
siapa mau melawatnya?
Kristus Raja surga Pengasih manusia,
bersama mereka di sana.
Dialah pembela kita, orang yang kecil.
Yesus selalu dekat yang menderita.
[J.A]
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.