Peristiwa perebutan hak kesulungan membuat Yakub harus segera keluar dari rumah ayahnya. Ia harus segera melarikan dan menyembunyikan diri dari kemarahan kakaknya. Rasa bersalah menekan dirinya begitu kuat dan ketidakjelasan arah hidupnya selanjutnya setelah menerima berkat kesulungan dari hasil manipulasi dan kebohongan. Ini sebuah perjalanan baru bagi Yakub untuk dibentuk Allah untuk menerima janji Allah. Situasi tidak serta merta menguntungkan dirinya, hidupnya tidak serta merta berada dalam kemudahan. Dalam pelarian, dalam ketakutan dan kegentaran tentulah rasa sendirian begitu menguasai dirinya. Ia tidak lagi bisa berlindung kepada ibunya, Ribkha atau ayahnya Ishak, apalagi mengharapkan kemurahan hati kakaknya, Esau. Tapi betulkah Yakub sendirian melewati semua masa-masa berat hidupnya?
Pada situasi itulah Yakub mengalami perjumpaan dengan Allah yang memberikan konfirmasi tentang janji berkat yang telah ia terima. Allah meneguhkan pernyertaan dan perlindungannya kepada Yakub tetapi Yakub memang harus melewati banyak peristiwa yang dipakai Allah untuk membentuk dirinya sampai saatnya nanti ia akan menerima pemenuhan janji berkat itu.
Allah memberkati kita karena Allah adalah kasih, yang memberikan diri-Nya menjadi sumber berkat bagi yang berlindung dan mengandalkan-Nya. Berkat bukan semata-mata sebuah kemudahan dan kenikmatan hidup tetapi adalah sebuah berkat ketika diproses dan dibentuk Tuhan melewati segala pergumulan. Adalah sebuah berkat ketika kita menyadari bahwa kita tidak pernah sendirian. Kasih Allah setia mengiringi, menegur dan menghibur sehingga kita terus belajar dari ketulusan cinta dan kebenaran karya-Nya. Demikianlah Allah menunjukkan diri-Nya, di satu sisi Ia memegang teguh janji dalam kasih setia-Nya dan di sisi yang lain Ia membentuk setiap orang dalam kasih menjadi pribadi yang tangguh, bertindak benar untuk kemuliaan nama-Nya.
dva
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.