… dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka …. (Kol. 3:11)
Survei “Penilaian Masyarakat Terhadap Upaya Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis di 34 Provinsi” menemukan 81,9 persen responden lebih nyaman hidup dalam keturunan keluarga yang sama; 82,7 persen lebih nyaman hidup dalam lingkungan ras yang sama, dan 83,1 persen lebih nyaman hidup dengan kelompok etnis yang sama. Ini menunjukkan tingkat segregasi sosial di masyarakat masih tinggi (tirto.id, November 2018).
Paulus menasihatkan bahwa sebagai manusia baru yang terus-menerus diperbarui karena kuasa Kristus, setiap orang percaya dipanggil untuk memandang perbedaan dan keragaman secara baru. Dahulu, kuasa dosa membuat orang menjadi diskriminatif, rasis, dan egois. Namun, kuasa Kristus membimbing orang percaya untuk mengelola hawa nafsu, menggunakan perkataan yang membangun, dan memandang setara sesama manusia apa pun latar belakangnya.
Kita dibesarkan dengan budaya tertentu. Kita mesti jujur bahwa terkadang didikan di dalam keluarga kita membawa kita merasa lebih unggul ketimbang orang lain yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Ini adalah kecenderungan yang sifatnya buruk, jika kita membandingkannya dalam terang Injil Kristus. Tetapi, kita bersyukur bahwa selalu ada kesempatan untuk belajar berubah karena kuasa kebangkitan Kristus. Biarlah dari hari ke hari kita dikuatkan-Nya mengikis kepicikan hati saat memandang sesama ciptaan-Nya. [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya Kristus, kuasa kebangkitan-Mu membaruiku terus-menerus supaya aku dapat memandang dan memperlakukan setara sesamaku. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 118:1-2, 14-24; Kel. 14:10-31; 15:20-21; Kol. 3:5-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.