Keegoisan seseorang akan terus berlanjut sampai ia berhadapan langsung dengan kain kafan (kematian).
Kain kafan sesungguhnya adalah bukti keterbatasan manusia, kelemahan dan ketiadaan. Harga diri Yesus habis di depan mata semua orang, mungkin juga para murid yang kecewa, karena ternyata Sang Guru yang diidolakan itu akhirnya mati juga seperti guru-guru lainnya. Bahkan mati tanpa perlawanan. Yesus mati. Demikian pula harapan dan semangat para murid.
Namun demikian ketiadaan mayat Yesus di balik kain kafanlah awal dari sebuah perubahan besar yang terjadi:
Pertama, kebangkitan Yesus membuka pengertian murid-murid akan Kitab Suci tentang makna hurufiah “dia akan bangkit dari antara orang mati” (ayat 9). Maut tak berkuasa, Yesuslah berkuasa atas maut.
Kedua, kebangkitan Yesus membuka mata para murid untuk melihat Tuhan, “Aku telah melihat Tuhan!” (ayat 18).
Ketiga, kebangkitan Yesus mengubah tangisan menjadi ‘tarian’.
Apakah#Kita Siap bangkit juga bersama Yesus saat berada di muka kain kafan? Mari, nantikan pengalaman iman yang menakjubkan di hari-hari mendatang bersama Dia! Dan seperti Maria yang pergi bersaksi, siapkan diri untuk bersaksi tentang Yesus yang saudara dengar, lihat dan alami!
riajos
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.