… sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus ….(Flp. 1:10)
Pada 2 April 1989, New York Times, surat kabar Amerika, menulis editorial tentang berakhirnya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Perseteruan, entah terang-terangan dengan kontak fisik yang saling menyakiti maupun secara diam-diam dengan memendam kecurigaan dan kebencian satu sama lain, memang tidak pernah ada manfaatnya bagi kehidupan.
Rasul Paulus yakin bahwa di dalam diri orang percaya, ada kuasa yang terus-menerus bekerja untuk menghasilkan buah- buah kebenaran. Hari demi hari, dengan berlimpahnya kasih Kristus, maka setiap pengetahuan dan pengertian menjadi daya yang memampukan seseorang untuk memilih dengan cermat apa yang baik. Dengan demikian, hidup menjadi hidup yang semakin disempurnakan, bukan semakin bobrok akibat memilih dengan ceroboh serta serampangan.
Semakin bertambah usia kita, maka semakin terbuka lebar kesempatan untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Selalu ada sebab akibat di dalam kehidupan kita. Dengan kemampuan memilih yang cermat, kita sebenarnya dapat ikut serta menentukan akhir satu perkara dalam hidup. Jika ada pilihan untuk mengampuni dan berdamai, mengapa kita terus memilih untuk mendendam dan membenci? Jika ada pilihan untuk belajar dari kesalahan, mengapa kita tidak berani untuk mengambil langkah pembaruan hidup? Biarlah kiranya setiap pilihan dalam hidup kita adalah pilihan yang dituntun oleh hikmat Kristus. [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya Bapa, berikanlah pikiran dan hati yang cermat bagiku di dalam memilih apa yang baik sesuai tuntunan hikmat-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 31:9-16; 1Sam. 16:11-13; Flp. 1:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
1 Comment
P. Susanto
April 2, 2020 - 6:04 amSetuju dgn topik.. Dan sehrsnya dr usia awal pun kita sdh harus milih jalan hidup kita sesuai tuntunan hikmat Allah. Hanya emosi dan hasrat org muda kadang2 membawa kita kluar dari garis jalanan Tuhan./ Amin