“Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.” (Luk. 21:13)

Kesempatan dalam kesempitan. Inilah istilah yang menggambarkan adanya sebuah situasi yang sulit, tetapi dapat membawa keuntungan. Terkadang, istilah ini dianggap berkaitan hanya pada sesuatu yang buruk. Padahal, ungkapan ini dapat dipandang baik. Yakni, memanfaatkan situasi krisis untuk memperoleh hasil yang membawa kebaikan.

Tuhan Yesus memaparkan kepada murid-murid-Nya tentang permulaan penderitaan yang akan mereka alami. Tantangan dan pencobaan hadir untuk membuat para murid berpaling dari Allah. Para murid Yesus akan menghadapi situasi krisis yang berat, seperti penyesatan, peperangan, pemberontakan, bencana alam, dan penganiayaan. Namun, Yesus memandang bahwa semua itu dapat menjadi kesempatan untuk bersaksi. Kata Yesus, “Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi” (Luk. 21:13). Artinya, tantangan yang ada akan menjadi sebuah momentum bagi para murid Yesus untuk menyatakan iman, kasih, dan pengharapan di dalam Allah.

Memandang situasi krisis sebagai sebuah kesempatan untuk bersaksi memang bukan perkara ringan. Wajar jika kita, manusia, akan terguncang ketika mengalami situasi krisis yang hebat. Namun, kita seharusnya tetap mengingat janji Tuhan bahwa, “Tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk. 21:18-19). [Pdt. Hendri M. Sendjaja]

REFLEKSI:
Kesaksian yang teruji bagi nama Tuhan ditunjukkan oleh kemampuan kita menghadapi situasi krisis dengan iman, kasih, dan pengharapan.

Ayat Pendukung: Yes. 65:17-25; Yes. 12; 2Tes. 3:6-13; Luk. 21:5-19
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.