Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan ….” (Yoh. 18:36)
Seekor kuda liar dijinakkan dengan cara memberinya makanan dan minuman, serta melatihnya secara keras dengan cemeti dan tali kekang. Setelah terkendali, kuda itu dicambuk agar dapat berlari cepat saat menarik kereta yang diikatkan pada bahunya. Demikianlah cara yang umum digunakan untuk mendidik dan mengarahkan hewan liar. Tetapi, mendidik dan mengarahkan manusia (yang juga memiliki sifat liar dan buas) tentu berbeda. Jika salah teknik dalam mendidik, manusia justru dapat menjadi lebih liar dan buas terhadap sesamanya. Pilatus salah paham sewaktu menginterogasi Kristus.
Dia menganggap gerakan pembaruan yang Kristus lakukan mirip dengan pemberontakan sipil yang biasa dijumpainya sebagai pejabat politik. Namun, Kristus menjelaskan bahwa model kerajaan-Nya berbeda dengan model kerajaan dunia. Kristus tidak menggunakan kekerasan. Sebab, kekerasan tidak akan pernah bisa menggugah dan membarui pikiran dan batin manusia dengan rela. Perjuangan pembaruan Kristus dan kerajaan-Nya berfokus pada apa yang ada di dalam diri manusia. Sentuhan dari dalam lebih berkuasa mengubahkan ketimbang paksaan fisik dari luar.
Merayakan hari Kristus Raja membuat kita kembali menyadari sifat kerajaan Allah yang diperjuangkan Kristus. Yaitu, bagaimana pikiran dan hati harus disentuh dengan kasih yang berkorban untuk membuahkan pembaruan sikap hidup dan tindakan. Model inilah yang sungguh akan mengubahkan dunia. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah kita mau menerima sentuhan Kristus, Sang Raja hidup kita untuk ikut serta menegakkan kerajaan kasih-Nya?
Ayat Pendukung: Dan. 7:9-10, 13-14; Mzm. 93; Why. 1:4b-8; Yoh. 18:33-37
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.